Jumat 03 Jun 2022 03:40 WIB

Politikus Italia Diam-Diam Disebut Temui Pejabat Rusia

Pertemuan itu dikabarkan terjadi tanpa sepengetahuan Perdana Menteri Italia,

Rep: Rossi Handayani/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan melalui panggilan telekonferensi di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow, Rusia, 1 Juni 2022.
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL METZEL / KREMLIN POOL / SPUTN
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan melalui panggilan telekonferensi di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow, Rusia, 1 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Pemimpin sayap kanan Italia, Matteo Salvini menghadapi kritik atas upaya diplomasi paralel dengan Rusia. Menurut dia, ini merupakan upaya perdamaian yang tulus.

Seperti dilansir dari laman Anadolu Agency pada Kamis (2/6/2022), Harian Domani telah mengungkapkan bahwa Salvini bertemu setidaknya empat kali dengan duta besar Rusia di Roma, Sergey Razov. Pertemuan dilakukan semenjak Rusia melancarkan perangnya terhadap Ukraina pada 24 Februari.

Baca Juga

Surat kabar tersebut menggambarkan pertemuan itu sebagai rahasia, yang dibantah Salvini. Pertemuan itu terjadi tanpa sepengetahuan Perdana Menteri Italia, Mario Draghi atau Menteri Luar Negeri, Luigi Di Maio.

"Bekerja untuk perdamaian dengan duta besar dan pemerintah dari banyak negara, secara terbuka, (dengan) satu-satunya tujuan untuk mengakhiri perang," kata Salvini melalui Twitter pada Rabu (1/6/2022).

"Saya telah melakukannya dan saya akan terus melakukannya," lanjutnya.

Selama beberapa hari terakhir, media Italia mengatakan Salvini berencana pergi ke Moskow untuk membahas rencana perdamaian. Kemudian perjalanan disebut telah dibatalkan, sementara Komite parlemen untuk masalah intelijen, Copasir mengatakan akan menyelidiki inisiatif Salvini.

“Kami ingin jawaban, urusan ini tidak bisa berakhir seperti ini,” kata kepala Partai Demokrat kiri-tengah, Enrico Letta.

Sementara, Draghi mengatakan, pemerintah koalisi besarnya, yang mencakup Partai Liga Salvini, tidak akan terpengaruh oleh hal-hal seperti itu. Kemudian menambahkan bahwa pihaknya akan tetap menjadi sekutu setia mitra Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), dan G7.

Draghi juga merekomendasikan transparansi dalam berurusan dengan kekuatan asing.

Sebelum perang di Ukraina, Salvini dikenal sebagai salah satu penggemar terbesar Presiden Rusia, Vladimir Putin di Eropa Barat, hingga mengenakan kaus bergambar pemimpin Kremlin dan menandatangani kesepakatan kerja sama dengan partai berkuasa Rusia Bersatu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement