REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- PBB mengatakan, tidak akan ada pemenang dalam konflik Rusia-Ukraina. Hal itu disampaikan saat pertempuran antara kedua negara tersebut telah memasuki hari ke-100.
“Perang ini telah dan tidak akan memiliki pemenang. Sebaliknya, kami telah menyaksikan apa saja yang hilang selama 100 hari: nyawa, rumah, pekerjaan, prospek,” kata Asisten Sekretaris Jenderal dan Koordinator Krisis PBB untuk Ukraina Amin Awad dalam sebuah pernyataan, Jumat (3/6/2022).
Awad sangat prihatin dengan korban sipil yang ditimbulkan akibat pertempuran. “Perang ini telah mengambil korban yang tidak dapat diterima pada orang-orang dan menelan hampir semua aspek kehidupan sipil,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, hanya dalam waktu tiga bulan, hampir 14 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka. “Mayoritas perempuan dan anak-anak,” kata Awad.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, saat ini seperlima wilayah Ukraina berada di bawah kendali Rusia. Wilayah Donbas yang terletak di timur negara tersebut sudah hampir seluruhnya hancur. “Hingga hari ini, sekitar 20 persen wilayah kami dikuasai penjajah, hampir 125 ribu kilometer persegi, Ini jauh lebih besar daripada wilayah gabungan semua negara Benelux (Belanda, Luksemburg, dan Belgia),” kata Zelensky saat berbicara kepada anggota parlemen Luksemburg lewat sambungan video, Kamis (2/6/2022), dikutip laman CNN.
Dia mengungkapkan, saat ini pertempuran di sepanjang wilayah Kharkiv hingga ke Mykolaiv sepanjang lebih dari seribu kilometer masih berlangsung. Sementara Donbas yang berada di timur Ukraina sudah benar-benar porak poranda akibat pertempuran.
Zelensky mengklaim, setidaknya 30 ribu tentara Rusia telah tewas sejak pertempuran dimulai pada 24 Februari lalu. “Itu lebih besar dari korban tewas Uni Soviet dalam 10 tahun perang di Afghanistan, lebih besar dari korban tewas Rusia dalam dua perang Chechnya,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, Zelensky kembali menyerukan penerapan sanksi lebih keras terhadap Rusia. Selain itu, dia pun meminta negara-negara memasok lebih banyak senjata ke Ukraina untuk mendukung perjuangan mereka melawan Rusia.