REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Barat tidak mengizinkan Ukraina untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia. Lavrov menuduh Barat mengubah Ukraina menjadi instrumen untuk menahan dan melelahkan Rusia.
Dalam sebuah wawancara dengan penyiar publik Republika Srpska, RTRS, Lavrov mengatakan, Barat melarang Ukraina untuk melanjutkan negosiasi dengan Rusia. Moskow telah menerima proposal Ukraina dua bulan lalu sebagai dasar untuk mengembangkan resolusi.
"Mereka (Barat) memaksa Ukraina untuk memperketat sikapnya terhadap Rusia," kata Lavrov, dilansir Anadolu Agency, Ahad (5/6/2022).
Mengacu pada sanksi ekonomi di negaranya, Lavrov berpendapat bahwa hukuman itu menjadi bumerang dan lebih merugikan Barat daripada Rusia.
"Rusia kemudian beralih ke kekuatannya sendiri dan mitra yang dapat diandalkan," ujarnya.
Lavrov menambahkan, Rusia sebelumnya mengimpor sejumlah besar produk pertanian yang telah mengubahnya menjadi negara pertanian terbesar di dunia. Terkait paket sanksi keenam Uni Eropa yaitu pembatasan transportasi minyak Rusia melalui laut, Lavrov mengatakan, pasar minyak tidak mengikuti keinginan dan perintah politik.
Menurut perkiraan PBB, setidaknya 4.113 warga sipil telah tewas dan 4.916 terluka di Ukraina sejak perang dengan Rusia dimulai pada 24 Februari. PBB meyakini jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi. Menurut badan pengungsi PBB, lebih dari 6,8 juta orang di Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, sementara lebih dari 7,7 juta telah mengungsi di dalam negeri.