REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA -- Penembakan massal di Philadelphia, Amerika Serikat (AS) menewaskan sekurangnya tiga orang pada tengah malam Sabtu (4/6/2022) waktu setempat. Polisi pada Ahad (5/6/2022) mengatakan, 11 orang lainnya terluka dalam penembakan yang dilakukan sejumlah orang bersenjata itu.
Insiden terjadi di daerah South Street yang paling sibuk di kota terbesar negara bagian Pennsylvania itu. Sebab terdapat banyak bar dan restoran terlebih pada akhir pekan yang selalu ramai.
Polisi mengatakan, dua pria dan seorang wanita tewas. Philadelphia Inquirer melaporkan bahwa korban meninggal berusia 22, 27 dan 34 tahun, sedangkan usia orang yang terluka berkisar antara 17 hingga 69 tahun.
Video yang diduga berasal dari kamera pengawas menunjukkan orang-orang berlarian panik setelah sejumlah tembakan dilepas. Tidak terdapat audio dalam video tersebut.
"Ada ratusan orang yang hanya menikmati South Street, seperti yang mereka lakukan setiap akhir pekan ketika penembakan ini terjadi," kata Inspektur Polisi Philadelphia D F Pace.
Petugas polisi Philadelphia mengawasi beberapa penembak aktif yang menembak ke arah kerumunan. Satu petugas kepolisian berada dalam jarak sekitar 10 hingga 15 yard dari seorang individu yang menembak ke arah kerumunan itu. Polisi mengatakan, petugas itu menembak tersangka.
"Keberadaan para penembak tidak segera diketahui," kata Pace. Dua pistol ditemukan di tempat kejadian, termasuk satu dengan magasin yang diperpanjang. Belum ada penangkapan lebih jauh hingga berita ini dimuat oleh Reuters.
Wali kota Philadelphia Jim Kenney mengatakan penembakan itu mengerikan, tercela dan tidak masuk akal. Insiden penembakan Philadelphia menyusul penembakan baru-baru ini di sejumlah tempat di AS.
Pertama di sebuah toko kelontong di Buffalo, New York, di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas, dan di sebuah gedung medis di Tulsa, Oklahoma. Pendukung keamanan senjata mendorong pemerintah AS untuk mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk mengekang kekerasan senjata.
Setidaknya ada 239 penembakan massal di Amerika Serikat sepanjang tahun ini, menurut Arsip Kekerasan Senjata, sebuah kelompok riset nirlaba. Ini mendefinisikan penembakan massal sebagai penembakan di mana setidaknya empat orang ditembak, tidak termasuk penembak.
Presiden AS Joe Biden pada Kamis lalu meminta Kongres untuk melarang senjata serbu, memperluas pemeriksaan latar belakang dan menerapkan langkah-langkah pengendalian senjata lainnya untuk mengatasi serangkaian penembakan massal. Senator utama Demokrat AS yang mengerjakan pembicaraan keamanan senjata bipartisan, Chris Murphy mengatakan sebuah paket termasuk investasi dalam kesehatan mental dan keselamatan sekolah dan beberapa perubahan pada undang-undang senjata dapat disetujui Kongres.
Sebagian besar pemilih Amerika, baik dari Partai Republik maupun Demokrat, mendukung undang-undang kontrol senjata yang lebih kuat. Namun Partai Republik di Kongres dan beberapa Demokrat moderat telah memblokir undang-undang selama bertahun-tahun.