Senin 06 Jun 2022 16:43 WIB

Dubes AS untuk Rusia: Jangan Tutup Kedutaan

Kedubes AS di Moskow menjadi cara kedua negara berkomunikasi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John J. Sullivan meminta agar Rusia tidak menutup Kedutaan Besar meskipun krisis dipicu oleh perang di Ukraina
Foto: EPA-EFE/PAVEL GOLOVKIN / POOL
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John J. Sullivan meminta agar Rusia tidak menutup Kedutaan Besar meskipun krisis dipicu oleh perang di Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John J. Sullivan meminta agar Rusia tidak menutup Kedutaan Besar meskipun krisis dipicu oleh perang di Ukraina. Dengan adanya perwakilan diplomatik Washington di Moskow dinilai menjadi cara kedua negara melakukan komunikasi.

Sullivan mengatakan kepada kantor berita negara Rusia TASS, bahwa AS dan Rusia tidak boleh begitu saja memutuskan hubungan diplomatik. "Kita harus menjaga kemampuan untuk berbicara satu sama lain," katanya Senin (6/6/2022).

Duta besar AS yang ditunjuk oleh Presiden Donald Trump memperingatkan terhadap penghapusan karya-karya Leo Tolstoy dari rak buku Barat atau menolak untuk memainkan musik Pyotr Tchaikovsky. Pernyataannya dilaporkan oleh TASS dalam bahasa Rusia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Reuters.

Ketika ditanya oleh TASS apakah analogi itu berarti kedutaan bisa ditutup. "Mereka bisa, ada kemungkinan itu, meskipun saya pikir itu akan menjadi kesalahan besar," kata Sullivan.

"Seperti yang saya pahami, pemerintah Rusia telah menyebutkan varian pemutusan hubungan diplomatik. Kita tidak bisa begitu saja memutuskan hubungan diplomatik dan berhenti berbicara satu sama lain," ujarnya.

Kementerian Luar Negeri Rusia telah memanggil kepala biro media AS di Moskow untuk membahas sebagai akibat dari tindakan tidak bersahabat AS pada Senin.

Terlepas dari krisis, skandal mata-mata dan Perang Dingin, hubungan antara kedua wilayah belum putus sejak AS menjalin hubungan dengan Uni Soviet pada 1933. Sekarang, Rusia mengatakan hubungan pasca-Soviet dengan Barat telah berakhir dan akan berbelok ke timur.

Penolakan Tsarina Catherine the Great untuk mendukung kerajaan Inggris ketika AS mendeklarasikan kemerdekaan meletakkan dasar bagi kontak diplomatik pertama antara AS dan St Petersburg, yang kemudian menjadi ibu kota kekaisaran Rusia. Setelah Revolusi Bolshevik pada Oktober 1917, Presiden Woodrow Wilson menolak untuk mengakui pemerintahan revolusioner Vladimir Lenin dan Kedutaan AS ditutup pada 1919. Hubungan tidak terjalin kembali sampai 1933.

"Satu-satunya alasan saya dapat berpikir bahwa AS mungkin terpaksa menutup kedutaannya adalah jika menjadi tidak aman untuk melanjutkan pekerjaannya," kata Sullivan.

Ditanya bagaimana hubungan akan berkembang, Sullivan mengatakan, dia tidak tahu pasti. Namun dia berharap suatu hari akan ada pemulihan hubungan. "Jika saya bertaruh, saya akan mengatakan mungkin tidak seumur hidup saya," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement