REPUBLIKA.CO.ID., TEHERAN -- Iran akan menanggapi dengan tepat setiap keputusan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), ungkap Kementerian Luar Negeri pada Senin (6/6/2022).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Said Hatibzade mengatakan rancangan resolusi yang diajukan ke Dewan Gubernur IAEA tidak sah dan setiap keputusan anti-Iran akan membahayakan pembicaraan antara Teheran dan kekuatan global untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
Dia juga mengklaim laporan terbaru IAEA tentang kepatuhan Iran terhadap JCPOA mengabaikan semua jawaban teknis yang diberikan Iran, kantor berita negara IRNA melaporkan.
Iran tidak akan menerima laporan dan upaya AS dan negara-negara E3 Prancis, Jerman dan Inggris untuk memberikan keputusan yang bertentangan dengan diplomasi dan melawan fakta yang jelas, kata Hatibzade. Iran juga menegaskan mereka tidak menganggap keputusan ini konstruktif.
Pertemuan di Wina
Sebuah pertemuan di Wina telah diadakan untuk membahas laporan tahunan IAEA tahun 2021, yang sangat kritis terhadap program nuklir Iran.
Laporan tersebut telah mendorong AS dan sekutu Eropanya Inggris, Prancis dan Jerman untuk menyusun resolusi anti-Iran, yang jika diadopsi akan mempengaruhi kerja sama Iran dengan badan nuklir PBB.
Pertemuan, yang akan berlanjut hingga Jumat, akan menentukan nasib kesepakatan nuklir Iran 2015 dan pembicaraan Wina, terutama jika badan tersebut mengadopsi resolusi yang didorong oleh AS dan E3, menurut pengamat.
Pembicaraan maraton di Wina untuk menghidupkan kembali JCPOA saat ini terhenti karena ketidaksepakatan antara Teheran dan Washington.
Pada 25 Mei, Perwakilan Khusus AS untuk Iran Robert Malley, yang memimpin lebih dari satu tahun pembicaraan tidak langsung dengan Iran, mengatakan prospek untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 sangat "lemah"
Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari JCPOA pada 2018.