Rabu 08 Jun 2022 00:15 WIB

Pemimpin Jerman dan Baltik Sepakat Perkuat Pertahanan

Jerman dan Baltik menambah jumlah pasukan dan menambah pertahanan udara dan maritim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto ini disediakan oleh Angkatan Bersenjata Swedia pada 25 Agustus 2020, pasukan bersiap di wilayah Laut Baltik. Pertanyaan apakah akan bergabung dengan NATO muncul di Finlandia dan Swedia, di mana invasi Rusia ke Ukraina telah menghancurkan kepercayaan lama bahwa tetap berada di luar aliansi militer adalah cara terbaik untuk menghindari masalah dengan tetangga raksasa mereka. Jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan aliansi, Rusia akan menemukan dirinya sepenuhnya dikelilingi oleh negara-negara NATO di Laut Baltik dan Kutub Utara—dua wilayah yang dianggap Moskow sebagai halaman belakang.
Foto: Joel Thungren/Swedish Armed Forces/TT via AP
Dalam foto ini disediakan oleh Angkatan Bersenjata Swedia pada 25 Agustus 2020, pasukan bersiap di wilayah Laut Baltik. Pertanyaan apakah akan bergabung dengan NATO muncul di Finlandia dan Swedia, di mana invasi Rusia ke Ukraina telah menghancurkan kepercayaan lama bahwa tetap berada di luar aliansi militer adalah cara terbaik untuk menghindari masalah dengan tetangga raksasa mereka. Jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan aliansi, Rusia akan menemukan dirinya sepenuhnya dikelilingi oleh negara-negara NATO di Laut Baltik dan Kutub Utara—dua wilayah yang dianggap Moskow sebagai halaman belakang.

REPUBLIKA.CO.ID, VILNIUS -- Presiden Lithuania Gitanas Mauseda mengatakan pemimpin Jerman dan Baltik sepakat pertahanan di kawasan Baltik harus diperkuat. Caranya dengan menambah jumlah pasukan dan menambah pertahanan udara dan maritim.

"Kami sepakat kami harus memperkuat kapabilitas pertahanan negara-negara Baltik, dengan meningkatkan jumlah pasukan yang dikerahkan, menambah pertahanan maritim dan udara," kata Nauseda pada wartawan usai bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholf di Vilnius, Selasa (7/6/2022).

Pengumuman ini disampaikan ketika banyak negara-negara Eropa yang dekat dengan Rusia memperkuat pertahanannya. Seperti Finlandia yang bergegas untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlatik Utara (NATO).

Beberapa hari setelah Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari, seorang perempuan pengusaha Finlandia Sissi Moberg (46 tahun) mulai menjelajahi internet untuk menemukan tempat kursus yang mengajarkan keterampilan membela diri. Moberg khawatir, serangan serupa melanda Finlandia dan dia ingin membantu mempertahankan negaranya jika terjadi serangan militer.

"Saya merasa sangat sedih untuk Ukraina. Dan kemudian saya mulai khawatir tentang Finlandia dan berpikir apa yang bisa saya lakukan tentang ini," kata Moberg yang merupakan ibu dari empat anak, kepada Reuters.

Moberg telah menemukan tempat kursus yang sesuai. Dia kini sedang berlatih dan belajar menggunakan senjata dan bergerak di medan perang.  Asosiasi Kesiapsiagaan Darurat Nasional Wanita Finlandia mengatakan, permintaan untuk kursus keterampilan militer telah melonjak sejak Februari.

"Tepat setelah perang pecah, telepon kami mulai berdering dan banyak email masuk. Tentu saja permintaan untuk pelatihan meningkat," kata Kepala Komunikasi Asosiasi Kesiapsiagaan Darurat Nasional Wanita Finlandia, Suvi Aksela.

Tren ini sesuai tradisi lama Finlandia dalam sukarelawan masa perang yang sebagian besar diikuti oleh wanita. Sementara pria, tidak diharuskan untuk melakukan dinas militer. Menurut data militer, sekitar 19 persen dari 13 ribu personel militer profesional Finlandia adalah perempuan. Hanya sekitar 1-2 persen dari wajib militer adalah perempuan.

Pekan lalu, Moberg mengikuti kursus pelatihan bertahan hidup yang diselenggarakan Asosiasi Kesiapsiagaan Wanita di sebuah pangkalan militer di Hattula, yang terlerak 100 km dari Helsinki.  Selama tiga hari, Moberg dan lebih dari 300 wanita lainnya belajar cara mendirikan tenda, menyalakan api di tengah hujan, menavigasi di hutan, dan melakukan pertolongan pertama.

"Saya salah satu orang terakhir yang diharapkan oleh orang yang saya cintai untuk berpartisipasi dalam kursus seperti ini," kata Moberg.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement