REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde pada Jumat (10/6/2022) mengatakan Swedia bermaksud untuk membuat kemajuan konstruktif dalam pembicaraan dengan Turki mengenai pengajuan negara Nordik itu untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Permohonan kami telah menerima dukungan luas diantara anggota NATO," kata Linde.
Pernyataan tersebut disampaikan Linde dalam deklarasi kebijakan luar negeri setelah Swedia, bersama Finlandia, pada Mei mendaftar untuk bergabung dengan aliansi pertahanan tersebut sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina.
"Ambisi kami adalah, dalam semangat konstruktif, membuat kemajuan atas pertanyaan yang diajukan Turki," kata Linde kepada parlemen.
Sebelumnya, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan akan berbicara dengan Finlandia pada Sabtu (21/6/2022), dengan tetap mempertahankan penolakannya atas bergabungnya Finlandia dan Swedia ke NATO. Finlandia dan Swedia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada Rabu (18/5/2022).
Penolakan Turki atas bergabungnya Swedia dan Finlandia ke dalam NATO karena Turki menuding kedua negara itu telah menampung orang-orang yang terkait dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan pengikut Fethullah Gulen, yang dituduh Ankara mengatur upaya kudeta pada 2016. Erdogan sebelumnya mengatakan bahwa delegasi Swedia dan Finlandia tidak perlu repot-repot datang ke Ankara untuk meyakinkannya agar menyetujui keanggotaan NATO mereka.
Namun, para pemimpin negara Barat telah menyatakan keyakinannya bahwa keberatan Ankara tidak akan menjadi penghalang jalan bagi proses aksesi NATO di negara-negara Nordik, tanpa menjelaskan bagaimana posisi Turki dapat diubah.