REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Per 8 Juni 2022, ada lebih dari 300 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi di Inggris. Wabah pertama kali dikonfirmasi pada Mei ketika seorang penumpang melakukan perjalanan dari Afrika dan membawa virus.
Setelah itu, cacar monyet mulai menyebar terutama menyerang pria muda homoseksual. Terkait peningkatan kasus cacar monyet ini, ahli menduga ada keterkaitan dengan Covid-19.
Dokter dari layanan dokter online ZAVA UK, dr Babak Ashrafi, mengatakan bahwa pelonggaran lockdown dan kembali dibukanya perbatasan internasional mungkin telah membuka pintu untuk penularan infeksi baru. Namun, ini bukan berarti Inggris harus menutup perbatasan lagi. Sebab, tidak seperti Covid-19, monkeypox dinilai tidak terlalu cepat menular.
"Tidak seperti Covid-19, cacar monyet ditularkan melalui kontak fisik dengan luka, koreng, atau cairan tubuh orang yang terinfeksi. Sejauh ini, tingkat infeksi tetap terkendali, dengan kasus hanya ditularkan di dalam rumah tangga atau melalui jenis kontak dekat lainnya seperti hubungan seksual," kata dr Ashrafi, seperti dilansir laman Express.co.uk, Sabtu (11/6/2022).
Hal itu membuat risiko terinfeksi penyakit yang disebabkan virus monkeypox itu menjadi rendah, terutama bagi mereka yang tidak pernah kontak dengan pasien yang terinfeksi. Selain itu, orang jauh lebih kecil kemungkinannya meninggal karena cacar monyet daripada Covid-19.
Namun demikian, dr Ashrafi memiliki saran bagi mereka yang khawatir akan terinfeksi. Bagi kelompok yang tak terlalu berisiko, kemungkinan gejalanya akan sangat ringan, dan infeksi akan berlangsung hanya beberapa pekan dan bisa sembuh bahkan tanpa pengobatan.
"Namun, itu bisa menjadi kondisi parah, jadi tetap penting untuk melindungi diri dari faktor risiko, terutama jika Anda pernah ke negara di mana cacar monyet lebih umum atau jika Anda memiliki sistem kekebalan yang lemah karena infeksi dapat menyebabkan penyakit komplikasi yang lebih parah," jelas dia.