REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sup pada Ahad (12/6/2022) mengatakan, Korea Selatan akan meningkatkan kemampuan pertahanan dan bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS), serta Jepang. Penguatan kemampuan pertahanan ini bertujuan untuk melawan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
"Kami ingin memperkuat kerja sama keamanan antara Korea Selatan, AS, dan Jepang untuk menanggapi program nuklir dan rudal Korea Utara," kata Lee.
Lee mengatakan, situasi di semenanjung Korea merupakan ancaman global. Dia mendesak Korea Utara untuk segera mengakhiri program senjata nuklir dan misilnya.
Sementara Amerika Serikat memperingatkan, Korea Utara sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh. Amerika Serikat akan kembali mendorong sanksi PBB jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir. “Pemerintah Korea Selatan akan memperkuat kemampuan untuk lebih menerapkan pencegahan yang diperluas bersama Amerika Serikat, dan kami akan memperkuat kemampuan respons militer Korea Selatan untuk mencegah ancaman nuklir dan rudal Korea Utara,” kata Lee.
Lee mengatakan, Korea Selatan siap untuk memperluas dukungan ekonomi ke Korea Utara jika negara tersebut mengakhiri program nuklirnya. “Jika Korea Utara membuat kemajuan substansial dalam denuklirisasi, pemerintah kami akan mengejar rencana berani yang dapat menghasilkan pencapaian terobosan bagi ekonomi Korea Utara dan kualitas hidup warganya,” katanya.
Media pemerintah pada Sabtu (11/6/2022) melaporkan, Korea Utara mempromosikan juru runding nuklir utamanya menjadi menteri luar negeri. Langkah ini diambil ketika Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersumpah kepada partai yang berkuasa bahwa, dia akan menggunakan kekuasaannya untuk melawan ancaman terhadap kedaulatan negara. Korea Utara telah melakukan setidaknya 18 putaran uji coba senjata tahun ini. Hal ini, menggarisbawahi perkembangan persenjataan nuklir dan misilnya.