REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Pada 14 Juni 1940, Jerman mulai menginvasi Paris, Prancis. Penduduk Paris terbangun oleh suara aksen Jerman yang mengumumkan melalui pengeras suara bahwa jam malam diberlakukan pada pukul 20.00.
Dilansir laman History, Selasa (14/5/2022), pada saat tank-tank Jerman meluncur ke Paris, dua juta warga Paris telah melarikan diri. Semua toko dan bisnis di Paris tutup.
Dalam waktu singkat, Gestapo Jerman mulai bekerja. Mereka melakukan penangkapan, interogasi dan melakukan pengintaian di bawah Arc de Triomphe. Penduduk Paris putus asa terjebak di ibu kota.
Sementara itu Amerika Serikat (AS) tidak tinggal diam sepenuhnya. Pada hari tersebut, Presiden AS Franklin Roosevelt membekukan aset Amerika dari kekuatan Axis, Jerman dan Italia.
Perdana Menteri Inggris Winston Churchill telah berusaha untuk meyakinkan pemerintah Prancis untuk bertahan. Bukan untuk menuntut perdamaian, tapi bahwa Amerika akan datang membantu.
Perdana menteri Prancis Paul Reynaud mengirim telegram kepada Roosevelt untuk meminta bantuan yang menandakan deklarasi perang. Roosevelt menjawab bahwa AS siap untuk mengirim bantuan materi dan bersedia untuk membuat janji itu diterbitkan.
Namun Menteri Luar Negeri Cordell Hull menentang publikasi itu. Hull mengetahui bahwa Hitler serta Sekutu akan menerima deklarasi publik membantu sebagai awal dari deklarasi perang resmi. Sementara bantuan materiil akan datang, tidak ada komitmen akan dibuat formal dan dipublikasikan.