Selasa 14 Jun 2022 14:30 WIB

30 Tahun Hubungan Diplomatik Ukraina-Indonesia, Dubes: Kawan Paling Setia

Kedekatan ini semakin kuat ketika Ukraina menyatakan diri merdeka dari Uni Soviet.

Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin dalam peringatan 30 tahun hubungan Ukraina-Indonesia.
Foto: Dok. Web
Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin dalam peringatan 30 tahun hubungan Ukraina-Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak banyak yang menyadari pengetahuan bangsa Ukraina tentang Nusantara sudah berlangsung sangat lama sehingga dukungan langsung diberikan di forum internasional ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan dari penjajahan Belanda tujuh dekade lalu. “Orang Ukraina pertama yang memperkenalkan budaya Nusantara pada akhir abad ke-19 adalah Mykola Myklukha-Maklai. Terdapat dua lukisan karyanya yang tersimpan di museum nasional Ukraina,” kaya Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin kepada hadirin malam peringatan 30 tahun hubungan Ukraina-Indonesia.

Hadir dalam acara tersebut Dirjen Amerika dan Eropa Kemlu I Gede Ngurah Swajaya, sejumlah politisi a.l Meutya Hafid, Maya Rumantir dan Fadli Zon, tokoh agama seperti KH. Marsudi Syuhud, Wakil Ketua Umum MUI, pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie hingga tokoh-tokoh bisnis Indonesia-Ukraina.

Baca Juga

Dalam kegiatan peringatan 30 tahun hubungan Ukraina-Indonesia itu juga digelar pameran lukisan dan penggalangan dana bagi korban perang. Menariknya para pelukis adalah para kolega Dubes Vasyl Hamianin hingga putri Dubes, Varvara.

Vasyl Hamianin, pemilik gelar doktor di bidang Sejarah Dunia menceritakan sejarah Mykola Myklukha-Maklai atau juga dikenal sebagai Nicholas Miklouho-Maclay adalah naturalis dan antropolog pengagum Charles Darwin yang pada 16 Agustus 1873 terpilih sebagai anggota dari Royal Society of Naturalists Hindia Belanda di Batavia.

Selain dikenal sebagai naturalis yang tekun, Mykola Myklukha-Maklai adalah humanis yang aktif melawan perdagangan budak. Berkat upayanya, pada bulan November 1878, pemerintah Belanda turun tangan menyelidiki lalu lintas budak di wilayah Ternate dan Tidore, Kepulauan Maluku.

Sejak masa penjajahan Spanyol, tanah di Kepulauan Maluku subur dan banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan pala yang menjadi sumber rempah-rempah dunia dan menyumbangkan devisa bagi Belanda. 

Hal ini yang membuat bangsa Ukraina mendukung upaya kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 21 Januari 1946, Perwakilan Tinggi Ukraina Dmytro Manuilsky mengusulkan untuk memasukkan  'Masalah Indonesia' menjadi agenda di PBB.

“Sejarah bangsa Indonesia akan selalu mencatat, berkat usulan tersebut sidang Dewan Keamanan PBB dilaksanakan membahas persoalan Indonesia yang menghasilkan pengakuan global terhadap Republik Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat,” kata dia 

Pada Januari 1949, lanjutnya, Dmytro Manuilsky kembali mengguncang panggung internasional yang dihelat di Delhi, India mengecam Agresi Militer yang dilakukan Belanda untuk kedua kalinya terhadap Indonesia.

Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya

Kedekatan Indonesia semakin berlanjut di era 1970-an yang ditandai kunjungan tokoh nasionalis Ukraina, Yaroslav Stetsko. Tokoh yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi itu beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Salah satunya, pemakaman para jenderal yang menjadi korban Gerakan 30 September 1965.

Yaroslav Stetsko banyak menulis khususnya tentang gerakan pembebasan di negara-negara yang dijajah dan sangat menghargai kepentingan ideologi Pancasila dan menekankan kesamaannya dengan ideologi pejuang kemerdekaan Ukraina.

Kedekatan ini semakin kuat ketika Ukraina menyatakan diri merdeka dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991 yang diakui Indonesia pada 28 Desember 1991 dan keduanya sepakat menjalin kerjasama diplomasi pada 6 Juni 1992.

Dikutip dari Antara, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan perang di Ukraina merupakan suatu gejala dari masalah serius global yang sedang terjadi saat ini.

Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI dalam pertemuan dialog tingkat tinggi tentang Indo-Pasifik di Praha, Republik Ceko pada Senin (13/6), menurut keterangan Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta.

"Saya menyampaikan juga di dalam pertemuan bahwa apa yang terjadi di Ukraina hanya contoh atau gejala dari masalah serius yang sedang kita hadapi saat ini," kata Menlu Retno Marsudi dalam video pengarahan persnya usai pertemuan tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement