REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemimpin Partai Republik di Senat Amerika Serikat (AS) Mitch McConnell mengatakan pada Selasa (14/6/2022), bahwa merasa nyaman dengan kerangka Rancangan Undang-Undang (RUU) kekerasan senjata bipartisan yang diumumkan awal pekan ini. Dia mengaku akan mendukung jika tidak diubah secara substansial.
Dukungan McConnell adalah dorongan yang signifikan bagi kelompok anggota parlemen bipartisan untuk mendukung aturan yang telah selesai. RUU itu membutuhkan 60 suara untuk maju di ruang 100 kursi yang terbagi rata, termasuk 10 Partai Republik.
"Pengangkatan berat sudah selesai," ujar pemimpin Partai Demokrat dalam RUU tersebut Senator Chris Murphy.
Senator Republik dan pemimpin Partai Republik dalam RUU itu John Cornyn mengatakan, para negosiator dapat menyelesaikan RUU pada akhir minggu ini. Kelancaran ini membuka jalan bagi kemungkinan pemungutan suara pekan depan.
Rencana tersebut termasuk dukungan untuk Undang-Undang (UU) red flag untuk negara bagian yang menjaga senjata api dari orang-orang yang berpotensi berbahaya, pemeriksaan latar belakang kriminal yang lebih ketat untuk pembeli senjata di bawah usia 21 tahun, dan tindakan keras terhadap pembelian orang-orang yang membeli senjata untuk orang lain yang tidak bisa lulus pemeriksaan latar belakang.
Pemimpin Demokrat Senat Chuck Schumer berulang kali mengatakan akan bekerja dengan cepat untuk meloloskan RUU itu setelah dibuat. Namun masalah pelik masih perlu diselesaikan.
UU itu akan menyediakan uang untuk membantu negara bagian lain membuat UU red flag sendiri, tetapi itu tidak akan membuat program red flag nasional. Sebanyak 16 negara bagian sudah memiliki UU red flag sendiri.
Cornyn menyatakan, ketentuan tersebut harus diperluas. Tindakan itu nantinya bisa menjangkau pendanaan federal baru dapat ditargetkan pada berbagai program negara bagian, seperti program perawatan rawat jalan untuk orang yang menderita penyakit mental.
Sebanyak 10 Republikan, sembilan Demokrat, dan satu independen telah bergabung di Senat dalam upaya pengaturan senjata. Menurut Demokrat, mereka telah melakukan langkah pertama menuju penanganan pembunuhan massal, seperti yang baru-baru ini di New York dan Texas. Dalam penembakan itu, senjata semi-otomatis digunakan untuk membunuh 10 orang kulit hitam di Buffalo dan 19 anak sekolah dasar dan dua guru di Uvalde.