REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina mengatakan pasukannya masih berusaha mengevakuasi warga sipil dari Sievierodonetsk pada Selasa (14/5/2022). Rusia menghancurkan jembatan terakhir ke kota itu dan berusaha menguasai wilayah Ukraina timur.
Menurut Walikota Sievierodonetsk Oleksandr Stryuk, meskipun jembatan terakhir Sievierodonetsk di atas sungai Siverskyi Donets telah dihancurkan, evakuasi masih dilakukan setiap menit ketika ada jeda dan ada kemungkinan transportasi. "Setiap kesempatan yang mungkin diambil," katanya.
Pasukan Ukraina bertahan melawan Rusia setelah tanah berpindah tangan beberapa kali selama beberapa minggu terakhir. "Tapi kita harus tetap kuat ... Semakin banyak kerugian yang diderita musuh, semakin sedikit kekuatan yang harus dimiliki untuk mengejar agresinya," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy dalam sebuah pidato pada Selasa malam.
Ukraina mengatakan lebih dari 500 warga sipil terperangkap di dalam ebuah pabrik kimia Azot. Gubernur daerah Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan, penembakan di Azot begitu kuat sehingga orang tidak tahan lagi di tempat penampungan, kondisi psikologis berada di ujung tanduk.
Rusia mengatakan akan memberikan kesempatan bagi pejuang Ukraina yang bersembunyi di pabrik kimia untuk menyerah pada Rabu (15/6) pagi. "Mereka menghentikan perlawanan mereka yang tidak masuk akal dan meletakkan senjata mereka," ujar Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia Mikhail Mizintsev menetapkan batas waktu hingga pukul 08.00 waktu Rusia.
Mizintsev menegaskan, warga sipil akan dikeluarkan melalui koridor kemanusiaan. Kedua belah pihak mengklaim telah menimbulkan banyak korban dalam pertempuran memperebutkan kota itu, yang menjadi fokus utama medan pertempuran Rusia.
Ukraina masih memegang Lysychansk, kota kembar Sievierodonetsk di tempat yang lebih tinggi di tepi barat sungai. Namun, dengan semua jembatan yang sekarang terputus, pasukannya mengakui adanya ancaman bahwa dapat dikepung di Sievierodonetsk.
Pertempuran untuk Sievierodonetsk, kota berpenduduk hampir 100.000 orang sebelum perang , sekarang menjadi pertarungan terbesar di Ukraina karena konflik telah berubah menjadi perang gesekan. Kiev mengatakan 100-200 tentaranya gugur setiap hari, dengan ratusan lainnya terluka.
Rusia tidak memberikan angka reguler tentang kerugiannya, tetapi negara-negara Barat mengatakan, Rusia telah mengalami kerugian besar. Moskow telah mengerahkan sebagian besar kekuatannya untuk mewujudkan salah satu tujuan yang dinyatakan Presiden Vladimir Putin dengan memaksa Kiev untuk menyerahkan wilayah penuh dari dua provinsi, Luhansk dan Donetsk, secara kolektif dikenal sebagai Donbas.