REPUBLIKA.CO.ID, OUAGADOUGOU -- Pemerintah Burkina Faso mengatakan sejauh ini pasukan mereka telah menemukan 79 jenazah dalam serangan di Provinsi Seno utara pada pekan lalu. Sumber keamanan dan daerah setempat mengatakan setidaknya 100 orang tewas dalam serangan tersebut.
Diperkirakan jumlah korban serangan paling mematikan dalam satu tahun terakhir di negara Afrika Barat itu mencapai 165 orang. Burkina Faso dilanda pemberontakan kelompok yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda dan ISIS.
Hingga Rabu (15/6/2022) belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Pada Jumat (10/6/2022) lalu tentara Burkina Faso mengatakan orang bersenjata yang belum teridentifikasi menyerang pos polisi militer di Seytenga, di Provinsi Seno pada Kamis (9/6/2022).
Serangan tersebut menewaskan 11 orang prajurit, walaupun mereka melawan balik tapi mereka kalah jumlah. Tiga orang sumber keamanan mengatakan polisi militer mundur dari Kota Dori, ibukota provinsi, untuk mengumpulkan kekuatan.
Sehingga tidak ada orang yang pos keamanan ketika sekelompok orang bersenjata kembali dua hari kemudian dan membantai warga sipil. Juru bicara Angkatan Bersenjata Burkina Faso menyerahkan pertanyaan pada kementerian keamanan yang belum dapat dimintai komentar.
Pemerintah mengatakan pencarian jenazah dilanjutkan dari rumah ke rumah. Pencarian berjalan lambat karena pasukan curiga para pelaku serangan memasang bom rakitan di rumah-rumah warga.
Pemerintah Burkina Faso menambahkan lebih dari 3.000 pengungsi yang sebagian besar anak-anak tiba di Dori pada Senin (15/6/2022). Mereka pengungsi yang berusaha menghindari serangan.
Koordinator proyek organisasi kemanusiaan Dokter Tanpa Batas (MSF) di Dori mengatakan jumlah pengungsi bertambah menjadi 6.800 orang dan beberapa diantaranya mengalami luka tembak. Pemerintah mendeklarasikan masa berkabung selama tiga hari.