REPUBLIKA.CO.ID, LUCKNOW -- Polisi India mengatakan pengunjuk rasa yang menolak sistem perekrutan militer baru melempar batu ke petugas keamanan dan membakar gerbong kereta. Proses perekrutan itu diumumkan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi pada pekan lalu.
Proses rekrutemen untuk 1,38 juta angkatan bersenjata itu bertujuan untuk mempersingkat masa tugas menjadi empat tahun dan menurunkan rata-rata usia rekrutan. Tapi banyak calon rekrutan yang menolak proses baru ini.
Pengunjuk rasa mengatakan mereka harusnya dapat bertugas lebih dari empat tahun. Oposisi dan sejumlah anggota partai berkuasa Bharatiya Janata Party (BJP) juga mengatakan sistem baru akan meningkatkan pengangguran.
Pada Kamis (16/6/2022) kemarin polisi melepas tembakan ke udara untuk mendorong massa yang melempari mereka dengan batu di Negara Bagian Haryana. Demonstran kembali pada Jumat (17/6/2022) dan membakar gerbong-gerbong kereta di dua stasiun Negara Bagian Bihar yang akhirnya mengganggu layanan kereta.
"Mereka telah memblokir 10 tempat hari ini," kata perwira polisi Bihar Sanjay Singh. Ia menambahkan lebih dari 100 orang ditangkap dalam unjuk rasa yang digelar di berbagai tempat di negara bagian itu.
Ratusan orang yang berkumpul di selatan Kota Secunderabad juga melempari polisi dengan batu. Papan unjuk rasa bertebaran di mana-mana.
"Mereka juga membakar properti stasiun kereta Secunderabad," kata pejabat polisi AR Srinivas.
Sistem rekrutmen baru akan menarik laki-laki dan perempuan berusia 17 dan 21 tahun setengah untuk menjalani masa tugas selama empat tahun. Hanya seperempatnya yang akan menjalani masa bakti yang lebih lama.
Sebelumnya angkatan darat, laut dan udara melakukan perekrutan secara terpisah. Hanya mereka yang berusia 17 tahun ke atas yang akan masuk sebagai bintara atau pangkat terendah. Masa tugas yang lebih pendek membuat calon rekrutan khawatir.