REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) mendesak bantuan untuk sekitar 16 ribu pengungsi baru akibat serangan milisi paling mematikan di Burkina Faso pekan lalu. Serangan itu setidaknya menewaskan 100 orang.
Sejauh ini tentara setempat sudah menemukan 79 jenazah dalam serangan Sabtu (11/6/2022) malam di utara Provinsi Seno. Serangan itu adalah paling mematikan dalam satu tahun terakhir di negara Afrika Barat.
Burkina Faso dilanda pemberontakan kelompok-kelompok ekstremis bersenjata yang memiliki koneksi dengan al-Qaeda dan ISIS. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
"UNHCR memperingatkan eskalasi kekerasan terbaru terhadap warga sipil oleh kelompok bersenjata di Burkina Faso yang memaksa ribuan orang hengkang, menekan sumber daya kemanusiaan sebab ketidakamanan terus mewabah di Sahel tengah," juru bicara UNHCR Matthew Saltmarsh pada wartawan, Jumat (17/6/2022).
Ia mengatakan sejak 12 Juni ribuan orang yang sebagian besar perempuan dan anak-anak sudah tiba di Kota Dori, Burkina Faso timur. Itu adalah tempat mereka melarikan diri dari serangan teroris.