Sabtu 18 Jun 2022 15:31 WIB

Ukraina Kantongi Status Kandidat Uni Eropa, Putin Mengaku tak Khawatir

Putin mempertanyakan apakah bergabung dengan Uni Eropa akan menguntungkan Ukraina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Presiden Rusia Vladimir PutinPutin mempertanyakan apakah bergabung dengan Uni Eropa akan menguntungkan Ukraina. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL METZEL / KREMLIN POOL / SPUTN
Presiden Rusia Vladimir PutinPutin mempertanyakan apakah bergabung dengan Uni Eropa akan menguntungkan Ukraina. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Rusia tidak khawatir saat Ukraina mendapatkan status kandidat sebagai anggota Uni Eropa. Berbicara pada pertemuan pleno Forum Ekonomi Internasional St Petersburg, pada Jumat (17/6/2022), Putin mempertanyakan apakah bergabung dengan Uni Eropa akan menguntungkan Ukraina.

"Uni Eropa bukan organisasi militer. Barat lebih tertarik memberi Kiev beberapa hibah keuangan untuk mempertahankan kesetiaannya daripada benar-benar mendukung pertumbuhan ekonomi dan industrinya," ujar Putin, dilansir Anadolu Agency, Sabtu (18/6/2022).

Baca Juga

Ketika ditanya tentang hubungan masa depan Rusia dengan Ukraina, Putin menyebut Moskow tetap bersedia membangun hubungan dengan siapa pun. Namun, Putin menambahkan, hanya tentara dan angkatan laut Rusia yang dapat menjadi penjamin keamanan.

“Kami melihatnya sebagai fakta, cepat atau lambat situasi akan normal. Kami ingin memastikan semua tetangga kami memiliki kemakmuran. Maka tidak dapat dihindari, saya ingin pemulihan hubungan (antara Rusia dan Ukraina),” kata Putin.

Putin menegaskan kembali serangan Rusia di Ukraina adalah “tindakan paksa” karena ada ancaman. Hal ini berbeda dengan langkah Rusia yang menciptakan pijakan militer di Meksiko.

"Rusia berulang kali mencoba menemukan titik temu, tetapi keluhan kami tidak pernah ditangani secara memadai," ungkap Putin.

Badan eksekutif Uni Eropa pada Jumat (17/6/2022) merekomendasikan agar Ukraina dan Moldova diberikan status kandidat untuk bergabung dengan blok 27 negara tersebut. Ini menjadi perubahan geopolitik paling dramatis akibat invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari.

Ukraina mendaftar untuk bergabung menjadi anggota Uni Eropa empat hari setelah pasukan Rusia melancarkan serangan. Langkah Ukraina ini diikuti oleh Moldova dan Georgia, yang merupakan negara bekas Soviet.

"Ukraina telah menunjukkan aspirasi negara dan tekad negara untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai dan standar Eropa," kata Kepala Komisi Eksekutif Uni Eropa, Ursula von der Leyen di Brussel.

Von der Leyen memakai blazer warna kuning dengan kemeja biru, yang mencirikan warna bendera Ukraina ketika memberikan pengumuman tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berterima kasih kepada von der Leyen dan negara-negara anggota Uni Eropa di atas keputusan tersebut.

"Ini adalah langkah pertama di jalur keanggotaan Uni Eropa yang pasti akan membawa kemenangan kita lebih dekat," ujar Zelenskyy.

Komisi Eropa merekomendasikan status kandidat untuk Ukraina dan Moldova. Namun mereka menunda pemberian status serupa untuk Georgia karena negara tersebut harus melengkapi dokumen persyaratan terlebih dahulu.

Von der Leyen mengatakan Georgia memiliki aplikasi yang kuat tetapi harus bersatu secara politik. Para pemimpin negara-negara Uni Eropa akan membahas rekomendasi tersebut dalam pertemuan puncak pekan depan. Mereka diperkirakan akan mendukung rekomendasi itu. 

Para pemimpin Jerman, Prancis, dan Italia telah mengisyaratkan solidaritas mereka pada Kamis (16/6/2022) dengan mengunjungi Kiev bersama dengan presiden Rumania. "Ukraina milik keluarga Eropa," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Ukraina dan Moldova masih akan menghadapi proses panjang untuk mencapai standar yang diperlukan sebagai negara anggota Uni Eropa. Sementara masih ada kandidat lain yang mengantre.

Pada 1990-an terjadi pergeseran penerimaan sebuah negara menjadi bagian dari Uni Eropa. Terutama untuk menyambut negara-negara bekas komunis di Eropa Timur.

 "Justru karena keberanian Ukraina, Eropa dapat menciptakan sejarah baru kebebasan, dan akhirnya menghapus zona abu-abu di Eropa Timur antara UE dan Rusia," kata Zelenskyy.

Jika diterima menjadi bagian dari Eropa, Ukraina akan menjadi negara terbesar Uni Eropa berdasarkan wilayah. Ukraina juga akan menempat negara kelima dengan jumlah penduduk terpadat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement