REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Badai musiman di Bangladesh dan India menewaskan sedikitnya 41 orang dan menimbulkan banjir yang menjebak juta orang. Banjir kerap mengancam jutaan orang yang tinggal di dataran rendah Bangladesh.
Namun pakar berpendapat perubahan iklim meningkatkan frekuensi, kekuatan, dan ketidakpastian bencana. Hujan yang tak kunjung berhenti selama satu pekan merendam daerah utara Bangladesh. Tentara berusaha mengevakuasi warga dari rumah mereka.
Sekolah-sekolah menjadi tempat penampungan sementara bagi warga yang desanya terendam banjir. Dalam hitungan jam, air di sungai-sungai tumpah. "Seluruh desa terendam banjir pada Jumat (17/6/2022) pagi dan kami terjebak," kata seorang warga Lokman yang keluarganya tinggi di Desa Companiganj, seperti dikutip Aljazirah, Ahad (19/6/2022).
"Setelah menunggu di atas atap rumah kami seharian, seorang tetangga menyelamatkan kami dengan perahu darurat. Ibu saya mengatakan ia tidak pernah melihat banjir seperti itu selama hidupnya," tambah perempuan 23 tahun itu.
Asma Akter juga berhasil diselamatkan ketika air mulai meninggi. Ia mengatakan keluarganya tidak bisa makan selama dua hari. "Air naik dengan sangat cepat kami tidak bisa membawa barang-barang kami dan bagaimana Anda memasak ketika semuanya terendam," katanya.
Polisi menerangkan petir yang dipicu badai menewaskan sedikitnya 21 orang di negara Asia Selatan itu. Kepala polisi Kota Nandail Mizanur Rahman mengatakan tiga orang anak-anak yang berusia 12 hingga 14 tahun tewas tersambar petir Jumat lalu.
Inspektur Polisi Kota Chittagong Nurul Islam mengatakan empat orang tewas ketika rumah mereka tertimpa longsor. Sementara di Twitter Kepala Menteri Negara Bagian Meghalaya India, Conrad Sangma, mengatakan sejak Kamis (16/6/2022) sudah 16 orang dinyatakan meninggal dunia karena longsor dan meluapnya air sungai ke jalan.
Di Assam, negara bagian tetangga, lebih dari 1,8 juta orang terdampak banjir setelah hujan tidak berhenti selama lima hari. Kepala Menteri Assam Himanta Biswa Sarma mengatakan ia telah memerintahkan pejabat distrik untuk menyediakan semua bantuan yang diperlukan pada warga yang terjebak banjir.
Banjir di Bangladesh semakin parah pada Sabtu (18/6/2022) pagi setelah hujan sempat berhenti pada Jumat sore. "Situasinya buruk, lebih dari empat juta orang terjebak banjir," kata Kepala Pemerintah Daerah Sylhet Mosharraf Hossain.
Ia mengatakan seluruh daerah itu tidak teraliri listrik. Banjir juga memaksa bandara internasional terbesar di Bangladesh tutup. Ramalan cuaca mengatakan banjir akan memburuk dalam dua hari ke depan dengan hujan lebat di Bangladesh dan arus deras dari India.