REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Kemenangan mantan gerilyawan pemberontak kiri Gustavo Petro dalam pemilihan presiden Kolombia dianggap membawa harapan. Petro berjanji memerangi ketimpangan di negara yang hampir setengah populasinya hidup di garis kemiskinan.
"Apa yang ditunjukkan populasi Kolombia hari ini, mereka mencari pemerintah yang fokus pada isu sosial," kata Daniela Cuellar dari perusahaan konsultan FTI Consulting seperti dikutip Aljazirah, Senin (20/6/2022).
"Penyakit lama ketimpangan Kolombia yang diperparah pandemi Covid-19 berkontribusi membuat pemilih mencari perubahan," tambahnya. Tapi legislatif yang diduduki puluhan partai akan bertindak untuk memeriksa proposal Petro.
"Kekuatan institusional dan supremasi hukum Kolombia tampaknya cukup kuat untuk negara untuk menjaga stabilitas ekonomi, apalagi kampanye bukan menjalankan pemerintahan, kebijakan-kebijakan Petro akan lebih moderat," kata Cuellar.
"Bahkan ketika ia mencoba meloloskan reformasi radikal, ia tidak perlu dukungan Kongres untuk mengimplementasikannya," lanjutnya.
Pengamat lain khawatir pada kemungkinan kebuntuan. "Hasil ini tidak memberi presiden baru mandat jelas untuk menjalankan kebijakannya tanpa setidaknya mencoba mengatasi kekhawatiran mitranya," kata Presiden Colombia Risk Analysis Sergio Guzman.
Ia menambahkan kecuali Petro belajar bagaimana menjalankan pemerintahan dengan oposisinya maka ada kemungkian masa jabatannya akan dipenuhi kebuntuan. Sementara itu pemimpin-pemimpin negara Amerika Latin yang juga dari sayap kiri segera mengucapkan selamat pada Petro.
"Kemenangan Gustavo Petro bersejarah, konservatif Kolombia selalu ulet dan tangguh," kata Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador di Twitter.
"Kebahagiaan bagi Amerika Latin! Kami akan bekerja sama untuk persatuan benua kami dalam menghadapi tantangan cepatnya perubahan dunia," cicit Presiden Chile Gabriel Boric.
"Kehendak rakyat Kolombia sudah didengar, keluar untuk membela jalan demokrasi dan perdamaian," kata Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken turut mengucapkan selamat kepada rakyat Kolombia. "Telah membuat suara mereka terdengar di pemilihan presiden yang bebas dan adil," katanya.
Petro mengatakan, ia bersedia memperbaiki hubungan diplomatik di Venezuela yang memanas pada 2019 lalu. Ia juga ingin mengubah hubungan dengan AS dengan menegosiasi ulang perjanjian perdagangan bebas dan solusi baru dalam menghadapi penyelundupan narkoba.
Sekitar 22,6 juta dari 39 juta pemilih memberikan hak suara sekitar 1,2 juta lebih banyak dibanding putaran pertama. Sekitar 2,3 juta suara tidak mendukung kandidat mana pun. Pemantau jalannya pemilihan mengatakan satu saksi dari partai Petro dan seorang tentara tewas dibunuh.