Senin 20 Jun 2022 20:42 WIB

Banjir Persulit Pengiriman Bantuan untuk India dan Bangladesh

Hujan monsun telah merenggut belasan nyawa hingga ratusan ribu orang mengungsi

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Seorang pria mendorong gerobaknya melewati air banjir di Sylhet, Bangladesh, Senin, 20 Juni 2022. Banjir di Bangladesh terus mendatangkan malapetaka pada hari Senin dengan pihak berwenang berjuang untuk mengangkut air minum dan makanan kering ke tempat penampungan banjir di seluruh wilayah utara dan timur laut yang luas di negara itu.
Foto: AP Photo/Mahmud Hossain Opu
Seorang pria mendorong gerobaknya melewati air banjir di Sylhet, Bangladesh, Senin, 20 Juni 2022. Banjir di Bangladesh terus mendatangkan malapetaka pada hari Senin dengan pihak berwenang berjuang untuk mengangkut air minum dan makanan kering ke tempat penampungan banjir di seluruh wilayah utara dan timur laut yang luas di negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Banjir yang terjadi beberapa hari di India dan Bangladesh menantang pihak berwenang dalam mendistribusikan makanan dan air minum ke tempat-tempat pengungsian pada Senin (20/6/2022). Tingginya air karena hujan monsun telah merenggut belasan nyawa hingga membuat ratusan ribu orang mengungsi.

Menteri muda untuk bencana dan bantuan Bangladesh, Enamur Rahman mengatakan, hingga 100 ribu orang telah dievakuasi di distrik Sunamganj dan Sylhet yang paling parah dilanda bencana. Sementara sekitar 4 juta orang telah terdampar di daerah itu.

Direktur senior organisasi pembangunan nirlaba BRAC, Arinjoy Dhar meminta bantuan untuk memastikan makanan untuk korban banjir dalam sebuah video yang diunggah online. Dhar mengatakan mereka membuka pusat pada Senin untuk menyiapkan makanan sebagai bagian dari rencana untuk memberi makan 5.000 keluarga di distrik Sunamganj, tetapi pengaturan itu tidak cukup.  BRAC mengatakan mereka sendiri berusaha menjangkau sekitar 52 ribu keluarga dengan persediaan darurat.

Di negara yang memiliki sejarah bencana akibat perubahan iklim, banyak yang mengungkapkan rasa frustrasi mereka karena pihak berwenang tidak berbuat lebih banyak secara lokal. "Tidak banyak yang bisa dikatakan tentang situasinya. Anda bisa melihat air dengan mata kepala sendiri. Ketinggian air di dalam ruangan telah turun sedikit. Dulu setinggi pinggang saya,” kata Muhit Ahmed, pemilik toko kelontong di Sylhet.

Dalam pernyataan terbaru dari Pusat Prakiraan dan Peringatan Banjir negara itu di ibu kota negara Dhaka, bahwa banjir di distrik timur laut Sunamganj dan Sylhet dapat memburuk lebih lanjut dalam 24 jam ke depan. Dikatakan Teesta, sungai besar di Bangladesh utara, mungkin mengalir di atas bahaya. Situasi juga dapat memburuk di distrik utara negara itu Lalmonirhat, Kurigram, Nilphamari, Rangpur, Gaibandha, Bogra, Jamalpur dan Sirajganj.

Para pejabat mengatakan air sudah mulai surut dari wilayah timur laut tetapi merupakan ancaman bagi wilayah tengah negara itu sebab jalur air banjir untuk mencapai Teluk Benggala di selatan

Bangladesh, negara berpenduduk 160 juta orang, berada di dataran rendah dan menghadapi ancaman bencana alam seperti banjir dan angin topan yang diperburuk oleh perubahan iklim. Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 17 persen orang di Bangladesh perlu dipindahkan selama dekade berikutnya atau lebih jika pemanasan global terus berlanjut pada tingkat saat ini.

Sementara itu banjir juga terus melanda Assam di timur laut India di mana dua polisi yang terlibat dalam operasi penyelamatan hanyut oleh air banjir pada Ahad. Ketua Menteri Himanta Biswa Sarma mengatakan, pemerintahannya tengah dalam proses pengiriman makanan dan bahan bakar dengan helikopter militer ke beberapa bagian negara bagian yang terkena dampak parah.

Para pejabat mengatakan, hampir 200 ribu orang berlindung di 700 kamp bantuan. Ketinggian air di semua sungai besar di seluruh negara bagian itu mengalir di atas tingkat bahaya.

Assam telah dilanda banjir besar setelah hujan deras selama beberapa pekan terakhir. Sungai Brahmaputra meluap sehingga menghancurkan tepiannya dan menghancurkan jutaan rumah di bawah air serta memutuskan jaringan transportasi.

Brahmaputra mengalir dari Tibet Cina melalui India dan ke Bangladesh dalam perjalanan hampir 800 kilometer melalui Assam. Jalan-jalan utama di Bangladesh telah terendam yang membuat orang-orang terdampar.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement