REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan, negaranya berhasil menggagalkan sejumlah upaya penyerangan terhadap warganya yang berada di Turki. Ia mengapresiasi bantuan dari Ankara terkait operasi tersebut.
“Upaya operasional dengan pasukan keamanan Turki telah membuahkan hasil. Dalam beberapa hari terakhir, dalam upaya bersama Israel-Turki, kami menggagalkan sejumlah upaya teroris dan banyak teroris ditangkap di tanah Turki,” kata Bennett, Senin (20/6/2022), dilaporkan Jerusalem Post.
Menurut Bennett, Israel dan Turki terus menjalin kerja sama guna menormalkan kembali hubungan pariwisata kedua negara. “Kita harus menuntaskan operasi kontraterorisme,” ujarnya.
Sebelumnya Bennett telah memperingatkan Iran tentang aksi dan upayanya mengincar warga Israel di luar negeri lewat serangan teror. Bennett menegaskan, siapa pun yang berusaha melukai atau membunuh warganya akan memperoleh ganjarannya.
“Kami saat ini menyaksikan upaya Iran menyerang warga Israel di berbagai lokasi di luar negeri. Dinas keamanan (Israel) bekerja untuk menggagalkan upaya serangan sebelum dilakukan. Kami akan terus menyerang mereka yang mengirim teroris,” kata Bennett pada Ahad (19/6/2022) lalu, dikutip laman Al Arabiya.
Bennett pun memperingatkan warga Israel agar tidak dulu bepergian ke Turki demi keselamatan mereka. “Kami telah memperingatkan warga Israel untuk menghindari terbang ke Turki, terutama Istanbul, saat ini jika tidak perlu. Bahayanya masih besar. Saya meminta warga Israel untuk menunjukkan tanggung jawab pribadi dan menjaga keamanan mereka,” ucapnya.
Sebelumnya otoritas Israel telah memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Turki dengan alasan potensi bahaya. Menurut Israel ada kemungkinan “serangan balas dendam” oleh Iran sebagai respons atas pembunuhan Kolonel Sayad Khodaei dari Korps Garda Revolusi Iran.
Khodaei tewas ditembak oleh dua pengendara sepeda motor di dekat rumahnya di Teheran pada 22 Mei lalu. Menurut kantor berita Fars, terdapat lima peluru yang diarahkan pada Khodaei. Awalnya, Korps Garda Revolusi Iran menyalahkan “kelompok anti-revolusi” dan “agen arogansi global” atas pembunuhan tersebut. Kelompok anti-revolusi biasanya merujuk pada oposisi anti-rezim. Sementara arogansi global mengacu pada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Namun belakangan Pemimpin Korps Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami menuding Israel sebagai dalang di balik pembunuhan Khodaei. “(Khodaei) telah mati syahid oleh orang-orang paling kejam, Zionis. Insya Allah, kami akan membalas kematiannya,” ujar Salami seperti tertulis di situs resmi Korps Garda Revolusi Iran pada 30 Mei lalu.