REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Bank sentral Australia memutuskan menaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan ini. Karena kebijakan itu akan sangat stimulatif dan perlu dinormalkan demi menghentikan inflasi terlalu tinggi.
Catatan rapat dewan pada 7 Juni lalu menunjukkan bank sentral Australia (RBA) membahas apakah menaikan suku bunga 0,35 persen dengan 25 basis poin atau 50 basis poin. Dewan memutuskan yang terakhir karena inflasi bergerak terlalu cepat diluar ekspektasi.
"Anggota dewan mencatat kedua opsi itu membuat suku bunga di bawah 1 persen, yang mana masih akan sangat merangsang, dan peningkatan lebih lanjut akan diperlukan," kata catat rapat itu seperti dikutip Reuters, Selasa (21/6/2022).
"Anggota juga setuju langkah selanjutnya perlu diambil untuk menormalkan kondisi moneter di Australia selama beberapa bulan kedepan."
Perang Rusia di Ukraina dan pandemi Covid-19 meningkatkan inflasi. Harga bahan bakar merupakan faktor utama inflasi di seluruh dunia dan menaikan biaya kebutuhan hidup. Masyarakat di seluruh dunia menggunakan berbagai cara untuk mengurangi biaya bensin. Mulai dari berjalan kaki, menggunakan sepeda, bus, kereta dan lain-lain.
Harga bensin dan diesel adalah hasil perhitungan rumit dari harga minyak mentah, pajak, daya beli masing-masing negara dan individu, subsidi pemerintah bila ada, dan keuntungan yang diambil pihak tengah seperti kilang. Minyak dihargai dalam dolar AS.
Maka, bagi negara importir energi, nilai tukar mata uang juga berperang. Lemahnya nilai euro mendorong harga bensin di Eropa. Dan kemudian ada faktor geopolitik seperti perang di Ukraina.
Harga minyak internasional sekitar 110 dolar AS per barel. Di Hong Kong dan Norwegia, harga minyak bisa hampir 12 dolar AS per galon. Di Jerman bisa sekitar 7,5 dolar AS per galon dan Prancis di atas 8 dolar AS per galon.
Sementara karena rata-rata pajak bahan bakar yang rendah di Amerika harga minyak di negara itu bisa lebih murah, yaitu sekitar 5 dolar AS per galon. Tapi tetap untuk pertama kalinya harga minyak semahal itu di AS.