REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, dia berencana melakukan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping. Saat ini Biden sedang mempertimbangkan untuk mencabut beberapa tarif yang dikenakan pada China dalam rangka menekan inflasi di AS.
“Saya berencana berbicara dengan Presiden Xi. Kami belum menetapkan waktunya,” kata Biden kepada awak media, Selasa (21/6/2022).
Biden dan Xi terakhir kali melakukan pembicaraan pada 18 Maret lalu. Ketika itu, Biden memperingatkan Xi agar tidak membantu Presiden Rusia Vladimir Putin menggencarkan serangannya ke Ukraina. Hingga kini Beijing tak melibatkan diri dalam konflik antara kedua negara bekas Uni Soviet tersebut.
Pada masa pemerintahan mantan presiden Donald Trump, AS memberlakukan bea masuk impor sebesar 25 persen pada produk-produk China yang bernilai miliaran dolar. Penerapan tarif masuk yang tinggi merupakan respons Washington atas anggapannya terhadap praktik perdagangan Negeri Tirai Bambu yang tidak adil. Di sisi lain, kebijakan itu dimaksudkan melindungi produsen-produsen AS.
Pemberlakuan tarif masuk yang tinggi pada produk-produk China populer secara politis. Namun karena saat ini AS sedang menghadapi inflasi tertinggi dalam 40 tahun, pemerintahan Biden berusaha menemukan cara untuk mengurangi tekanan harga. Oleh karena itu, Biden mempertimbangkan pencabutan beberapa tarif yang dikenakan pada Beijing.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen merupakan salah satu pejabat tinggi di pemerintahan Biden yang meyakini relaksasi tarif dapat membantu meredakan inflasi. Peraturan tentang pengenaan tarif masuk sebesar 25 persen yang diteken Donald Trump akan berakhir pada Juli mendatang, kecuali jika diperbarui.