Rabu 22 Jun 2022 16:29 WIB

Cegah Cacar Monyet, Inggris Dorong Vaksinasi Kaum Gay

Kelompok homoseksual menjadi yang paling berisiko terinfeksi cacar monyet

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Otoritas kesehatan Inggris telah mendorong pemberian vaksin cacar kepada kalangan gay di negara tersebut. Hal itu karena kelompok homoseksual menjadi yang paling berisiko terpapar atau terinfeksi penyakit cacar monyet.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengungkapkan, laki-laki yang melakukan hubungan sesama jenis dan memiliki banyak pasangan atau berpartisipasi dalam kegiatan seks berkelompok, menjadi kalangan berisiko tinggi terpapar cacar monyet.

Baca Juga

“Dengan mempeluas penawaran vaksin kepada mereka yang berisiko lebih tinggi, kami berharap dapat memutus rantai penularan dan membantu mengatasi wabah tersebut,” ujar Kepala Imunisasi Badan Keamanan Kesehatan Inggris Dr Mary Ramsay, Selasa (21/6/2022).

Vaksin sebelumnya hanya tersedia untuk petugas kesehatan yang merawat pasien cacar monyet atau petugas kebersihan yang mendesinfeksi area terkontaminasi virus. Meski vaksin yang diberikan adalah untuk cacar, namun ia diperkirakan memiliki efikasi sekitar 85 persen untuk menangkal atau melawan cacar monyet.

Hingga berita ini ditulis, Inggris telah melaporkan penemuan 793 kasus cacar monyet. Sebanyak 99 persen pasien terkonfirmasi adalah laki-laki. Mayoritas dari mereka adalah gay atau biseksual. Para ilmuwan telah memperingatkan siapa pun yang melakukan kontak dekat atau kontak fisik dengan pasien cacar monyet berisiko terinfeksi penyakit tersebut, terlepas dari orientasi seksual mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memutuskan menghapus perbedaan antara negara endemik dan non-endemik dalam kasus cacar monyet. Hal itu guna mengintegralkan respons terhadap penyebaran penyakit tersebut.

“Kami menghapus perbedaan antara negara-negara endemik dan non-endemik, melaporkan negara-negara bersama jika memungkinkan, untuk mencerminkan tanggapan terpadu yang diperlukan,” kata WHO dalam pembaruan situasi wabah cacar monyet tertanggal 17 Juni, tapi dikirim ke media pada Sabtu (18/6/2022) lalu.

Sebelumnya cacar monyet hanya dianggap endemik di Afrika. Menurut WHO, antara 1 Januari hingga 15 Juni lalu, 2.103 kasus terkonfirmasi, dugaan kasus, dan satu kematian telah dilaporkan kepada mereka. Kasus dan dugaan kasus itu tersebar di 42 negara, mayoritas Eropa. WHO yakin jumlah kasus sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.

Pada 23 Juni, WHO diagendakan menggelar pertemuan darurat. Mereka akan menentukan apakah penyebaran cacar monyet harus diklasifikasikan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Klasifikasi semacam itu merupakan peringatan tertinggi yang dapat didengungkan WHO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement