REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Anggota parlemen Israel menggelar akan pemungutan suara pada pekan untuk membubarkan parlemen demi membuka jalan pemilihan kelima dalam tiga tahun.
Perdana Menteri Naftali Bennett gagal bertahan dari tingginya tekanan terhadap koalisinya yang rentan.
Bennett akan mundur dan digantikan Menteri Luar Negeri Yair Lapid. Keduanya membentuk koalisi yang mengakhiri 12 tahun masa kekuasaan Benjamin Netanyahu 12 bulan yang lalu.
Lapid yang bekas jurnalis memimpin partai terbesar di koalisi pemerintah. Ia akan menjabat sebagai pelaksana tugas perdana menteri sampai pemilihan baru dapat digelar.
"Kami berdiri di hadapan anda hari ini di momen yang tidak mudah, tapi dengan saling memahami kami membuat keputusan yang tepat untuk Israel," kata Bennett di samping Lapid dalam pidato yang disiarkan televisi, Senin (20/6/2022) malam.
Juru bicara Bennett mengatakan pemungutan suara di parlemen akan digelar pekan depan. Ketika Lapid mengambil alih jabatan perdana menteri.
Keputusan ini disampaikan satu pekan sebelum rencana kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Israel mengandalkan Washington untuk menjaga keamanan kawasan dalam menghadapi Iran.
Namun koalisi delapan partai yang juga termasuk partai sayap kanan garis keras, liberal dan minoritas Arab memiliki berbagai berbedaan pandangan. Mulai dari masalah agama sampai Palestina. Koalisi juga semakin terpecah setelah banyak yang membelot.
"Saya pikir pemerintah sudah bekerja sangat baik dalam satu tahun terakhir, sayang negara harus terseret ke pemilihan," kata Menteri Pertahanan Benny Gantz yang memimpin partai moderat di koalisi pemerintah. "Namun kami akan terus bekerja sebagai pemerintah sementara sebanyak mungkin," tambahnya.
Tanggal pemilu sela belum diumumkan tapi media Israel melaporkan kemungkinan akan digelar pada bulan Oktober. Lapid mengatakan ia tidak akan menunggu sampai pemilihan baru untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi Israel.
"Kami harus mengatasi masalah biaya hidup, kampanye melawan Iran, Hamas dan Hizbullah, dan bersatu melawan kekuatan yang mengancam untuk mengubah Israel menjadi negara non-demokratis," katanya.
Bennett yang merupakan mantan komandan militer dan jutawan teknologi naik ke panggung politik pada 013 lalu. Ia membela catatan pemerintahannya. Ia mengaku telah menumbuhkan perekonomian, memangkas penganggur dan menghilangkan defisit untuk pertama kalinya dalam 14 tahun.
Namun beberapa hari terakhir tekanan terhadap pemerintahnya semakin menguat. Ia tidak dapat mempertahankan koalisi dan memutuskan menyingkir sebelum partai sayap kanan Netanyahu yakin Likud dapat mengajukan mosinya sendiri untuk membubarkan parlemen.
Netanyahu berjanji untuk kembali berkuasa meski terbelit kasus korupsi. Ia kerap menyerang Bennett yang pernah menjadi menterinya.