REPUBLIKA.CO.ID, BECICI -- Pemandangan ketika warga Rusia membanjiri lokasi wisata di sepanjang pantai Adriatik yang indah di Montenegro sekarang sudah tidak terlihat lagi. Perubahan itu terjadi sejak perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia membuat turis dari negara-negara itu menghindari salah satu tujuan favorit mereka.
Kawasan resor di Laut Adriatik yang berada Kroasia, Montenegro dan Albania, anggota NATO yang telah bergabung dengan aksi sanksi internasional terhadap Rusia, semuanya merasakan ketidakhadiran turis Rusia sehingga memberikan pukulan bagi ekonomi negara itu.
Sanksi tersebut termasuk larangan penerbangan komersial dari Rusia, pemblokiran bank Rusia dari sistem pembayaran internasional yang mempersulit orang Rusia untuk mengakses uang tunai di luar negeri, serta penyitaan beberapa real estat dan kapal pesiar milik oligarki Rusia.
Di resor Becici di Montenegro, Zarko Radulovic, seorang pengusaha hotel, mengatakan akan ada beberapa turis tahun ini dari Ukraina dan Rusia, meskipun ribuan orang dari kedua negara itu membatalkan kedatangan meski telah menyewa flat jangka panjang.
Para pelaku bisnis perhotelan mengatakan jumlah mereka tidak cukup untuk mengimbangi 380.000 orang Rusia yang mengunjungi Montenegro pada 2019, dan mereka menghabiskan jauh lebih sedikit daripada sebelumnya. Beberapa turis Rusia masih bisa datang melalui Istanbul dan Beograd, karena bandara itu masih terbuka untuk penerbangan dari Rusia, kata Radulovic.
Ia berharap pengunjung dari Eropa Barat dan Tengah, Israel dan bahkan Arab Saudi akan mengimbangi kekurangan tersebut. Pariwisata biasanya menyumbang sekitar 20 persen dari perekonomian Montenegro.
Bank Dunia bulan lalu menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Montenegro pada 2022 menjadi 3,6 persen dari sebelumnya 5,9 persen karena dampak invasi Rusia ke Ukraina. Kondisi tersebut juga memangkas perkiraan pertumbuhan untuk negara di kawasan Balkan Barat, yang terdiri atas Montenegro, Albania, Kosovo, Serbia, Bosnia dan Makedonia Utara, menjadi 3,1persen dari 4,1 persen pada Januari. Keenam ekonomi tersebut tumbuh 7,4 persen pada 2021 setelah mengalami kontraksi sebesar 3,2 persen pada 2020.
Pada tahun-tahun terakhir sebelum pandemi, negara tetangga Kroasia memiliki total 154.000 tamu dari Rusia dan 139.000 tamu Ukraina. Pada 2021 hanya sekitar 145.000 wisatawan dari total kunjungan kedua negara itu, menurut data resmi.
Pada Januari dan Februari tahun ini, sebanyak 12.000 orang Rusia mengunjungi Kroasia, tetapi selama Maret, April dan paruh pertama Mei hanya sekitar 4.500 yang berkunjung, jauh lebih sedikit dari biasanya.
Di Albania, di mana sektor pariwisata sangat ingin pulih dari dampak pandemi, memiliki harapan tinggi bahwa 2022 akan menjadi tahun yang booming. Namun perang di Ukraina mengancam harapan itu, kata Aurenc Hima, seorang pengusaha hotel dari resor pantai Durres.
"Kami mendapat banyak reservasi dari Rusia dan Ukraina, tetapi telah dibatalkan," katanya.
Kliton Gerxhani, presiden Asosiasi Operator Tur dan Agen Perjalanan mengatakan perang di Ukraina juga meresahkan calon wisatawan dari negara-negara Baltik dan Skandinavia, serta Polandia dan Jerman.
"Ada keragu-raguan dari negara-negara ini untuk melakukan reservasi hotel di Albania. Mungkin para turis dari negara-negara ini akan menunggu sampai menit terakhir... tergantung jalannya perang."