REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Mochamad Ashari, menyebutkan, pihaknya sudah mengoptimalkan aturan, protokol, maupun kombinasi soal untuk mengantisipasi tindak kecurangan dalam Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK-SBMPTN). Dia mengungkapkan, ada sekitar 200 peserta UTBK-SBMPTN 2022 yang didiskualifikasi karena curang.
"Sekarang sekitar 200-an. Kalau 2021 itu 300-an didiskualifikasi," ungkap Ashari usai konferensi pers di Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Ashari menjelaskan, kecurangan paling umum terjadi karena pelaku merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Berbagai macam upaya dapat dilakukan untuk bertindak curang. Untuk itu, LTMPT terus berupaya melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan juga pemberian sanksi kepada pelaku curang.
"Sanksi sudah tegas, tidak diikutkan dalam seleksi dan diskualifikasi," ungkap dia.
Direktur Eksekutif LTMPT, Budi Prasetyo, menjelaskan, penyebar foto soal yang heboh di media sosial beberapa waktu lalu hanya mencari sensasi. Sebab, kata dia, upaya membocorkan soal tidak akan berhasil karena LTMPT telah menyiapkan soal yang berbeda-beda untuk 28 sesi yang ada.
"Namanya UTBK itu ada 28 sesi soalnya itu setiap sesi beda. Jadi tidak ada istilah bocor. Kalau bocor, besok tes, saya sebelum tes sudah dapat soal," kata dia.
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Nizam, menyampaikan, sebaiknya calon mahasiswa yang mengikuti seleksi UTBK-SBMPTN percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Karena apabila seseorang melakukan kecurangan, yang akan kesulitan di masa yang akan datang adalah orang itu sendiri.
"Ini bahaya, kalau dijokiin, lolos dan masuk, belajar di perguruan tingginya tertinggal, keteteran, nanti DO. Ini rugi semuanya. Lebih baik jujur karena ini modal paling penting yang utama bagi adik-adik nanti untuk sukses ke depan," jelas dia.