REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran menunjuk kepala badan intelijen baru pada Kamis (23/6/2022). Langkah ini diambil menyusul serangkaian pembunuhan dan kematian misterius perwira militer Iran.
Juru bicara IRGC, Ramezan Sharif mengatakan, Brigadir Jenderal Mohammad Kazemi telah diangkat sebagai pemimpin baru Organisasi Intelijen IRGC. Kazemi menggantikan Hossein Taeb, yaitu seorang ulama berpengaruh yang menjabat sebagai pemimpin badan intelijen sejak didirikan pada 2009. IRGC tidak memberikan alasan spesifik mengenai perombakan kepemimpinan tersebut.
Kantor berita Tasnim melaporkan, Taeb telah ditunjuk sebagai penasihat kepala komandan IRGC. Taeb adalah tokoh kuat dalam rezim Iran yang bekerja di kantor Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei, sebelum diangkat sebagai Organisasi Intelijen IRGC pada 2009.
Taeb mempunyai hubungan sangat dekat dengan Mojtaba Khamenei, yaitu putra pemimpin tertinggi yang berpengaruh. Taeb dikenai sanksi oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat atas pelanggaran hak asasi manusia.
“Saya pikir ini adalah gempa bumi di komunitas intelijen Iran, mengingat jabaran jangka panjang Taeb dan kedekatannya dengan Kantor Pemimpin Tertinggi,” ujar Direktur Kebijakan di United Against Nuclear Iran (UANI), Jason Brodsky, dilansir Alarabiya, Jumat (24/6/2022).
“Warisan Taeb di antaranya korupsi, represi, dan kontroversi. Fakta bahwa dia ditunjuk sebagai penasihat panglima tertinggi IRGC daripada posisi lain yang lebih signifikan dapat dilihat sebagai penurunan pangkat," kata Brodsky menambahkan.
Organisasi Intelijen IRGC adalah badan intelijen yang beroperasi sejajar dengan Kementerian Intelijen Iran. Kedua badan intelijen tersebut bersaing satu sama lain dan pernah bentrok di masa lalu.
Pengganti Taeb, Kazemi, sebelumnya adalah kepala unit kontra intelijen IRGC, yang secara resmi dikenal sebagai Intelligence Protection Organization (IPO).
“Penggantian Taeb dengan Mohammad Kazemi, yang sebelumnya mengepalai Organisasi Perlindungan Intelijen (IPO), adalah tanda bahwa IRGC prihatin dengan penetrasi dinas intelijen asing di jajarannya, karena misi IPO adalah ke dalam dan fokus pada kontra intelijen di dalam IRGC," kata Brodsky.
Brodsky mengatakan, Kazemi dinilai sebagai seseorang yang dapat memperketat operasional Organisasi Intelijen IRGC di tengah berbagai pembunuhan misterius terhadap perwira tinggi di Iran dan insiden sabotase.
“Namun demikian, kemampuan Kazemi menjadi pertanyaan karena dia memimpin IPO, ketika Iran mengalami banyak kemunduran ini," ujarnya.
Pada 22 Mei lalu, perwira tinggi IRGC, Kolonel Sayyad Khodaei tewas dalam serangan senjata api di Ibu Kota Teheran. Iran menuding Israel atas pembunuhan Khodai, dan bersumpah untuk membalas dendam. Ini adalah pembunuhan paling terkenal di Iran sejak pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh pada 2020. Teheran juga menuding Tel Aviv atas pembunuhan ilmuwan tersebut.