REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan, saat ini negaranya sedang bergerak menuju kekurangan pasokan gas. Hal itu karena dipangkasnya suplai gas dari Rusia. Jika situasinya tetap demikian, industri-industri tertentu terancam tutup ketika musim dingin tiba.
“Perusahaan harus menghentikan produksi, memberhentikan pekerja mereka, rantai pasokan akan runtuh, orang akan berutang untuk membayar tagihan pemanas mereka, bahwa orang-orang akan menjadi lebih miskin,” kata Habeck kepada Der Spiegel pada Jumat (24/6/2022).
Menurut dia, hal itu merupakan strategi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memecah belah negaranya. “Ini adalah tempat berkembang biak terbaik bagi populisme, yang dimaksudkan untuk melemahkan demokrasi liberal kita dari dalam,” ujar Habeck, seraya menambahkan bahwa rencana Putin tidak boleh dibiarkan berhasil.
Habeck mengungkapkan, pemerintah mengulurkan prospek bantuan lebih lanjut bagi masyarakat dan perusahaan yang terdampak menyusutnya pasokan gas. Namun dia memperingatkan, tidak mungkin untuk menyerap semua efeknya.
Jerman telah memicu Fase 2 dari tiga rencana gas daruratnya pada Kamis (23/6/2022). Hal itu karena pemerintah melihat risiko tinggi kekurangan pasokan gas jangka panjang. Saat ini Jerman sedang berusaha memangkas ketergantungan suplai gas dari Rusia. Hal itu terkait dengan aksi Moskow menyerang Ukraina. Selain gas, Jerman berencana menyetop impor minyak dari Rusia tahun ini.
Uni Eropa sedang menjajaki kesepakatan pasokan gas alam dengan Israel dan Mesir. Itu menjadi bagian dari strategi perhimpunan Benua Biru untuk memangkas ketergantungan energinya dari Rusia. "Saya sangat bersyukur bahwa kita sekarang sedang mendiskusikan proyek yang menarik ini - bahwa Anda bersedia untuk meningkatkan pengiriman gas ke Uni Eropa melalui Mesir," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen setelah bertemu Perdana Menteri Israel Naftali Bennett di Yerusalem Barat, 14 Juni lalu, dilaporkan Bloomberg.
Von der Leyen menekankan, proyek tersebut memiliki nilai sangat penting. “Tapi kita tahu bahwa seiring waktu, kita harus bersama-sama mengeksplorasi penggunaan infrastruktur untuk energi terbarukan,” ucapnya.
Kementerian Energi Israel menyambut kesepakatan yang hendak dijalinnya dengan Uni Eropa. Menurut mereka, kesepakatan tersebut membuka pintu pertama yang memungkinkan Israel mengekspor gas secara signifikan ke Benua Biru. Menurut Kementerian Energi Israel, kesepakatan kerangka kerja akan ditandatangani Israel, Uni Eropa, dan Mesir.