REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Otoritas Taliban telah menghentikan proses pencarian korban gempa di Afghanistan. Lebih dari 1.000 orang tewas akibat gempa 6,1 skala richter yang mengguncang negara tersebut pada Rabu (22/6) lalu.
“Operasi pencarian telah selesai, 1.000 orang tewas dan yang luka-luka sekitar 2.000 orang, baik luka berat maupun luka ringan,” kata juru bicara kementerian bencana di pemerintahan Taliban, Mohammad Nassim Haqqani, Jumat (24/6).
Dia tidak menjelaskan mengapa pencarian korban dihentikan setelah sekitar 48 jam. Proses semacam itu biasanya diakhiri setelah rentang waktu cukup lama pascagempa. Haqqani mengungkapkan, Afghanistan tidak memiliki cukup pasokan esensial untuk merawat para korban luka.
“Kementerian kesehatan tidak memiliki obat yang cukup, kami membutuhkan bantuan medis dan kebutuhan lainnya karena ini adalah bencana besar,” katanya.
Operasi penyelamatan pascagempa memang menjadi ujian besar bagi Taliban. Sejak mereka mengambil alih kekuasaan di sana pada Agustus tahun lalu, belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahannya.
Di bawah Taliban, Afghanistan terputus dari banyak bantuan internasional. Hal itu karena sanksi yang diterapkan ke Taliban. Saat ini Afghanistan menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Pada Kamis (23/6) lalu, Jepang, Korea Selatan (Korsel), Taiwan, dan Uni Emirat Arab (UEA) menyampaikan, mereka berencana mengirim bantuan ke Afghanistan. Sementara Pakistan yang bertetangga dengan Afghanistan sudah mulai mengirimkan bantuan.
India, yang memiliki hubungan tegang dengan Taliban, turut mengirim bantuan ke Afghanistan. Sebanyak 27 ton bantuan dalam dua penerbangan diserahkan India ke badan-badan internasional yang beroperasi di Afghanistan.