REPUBLIKA.CO.ID,KABUL -- Korban meninggal akibat gempa bumi dahsyat di Afghanistan terus meningkat beberapa hari. Data terbaru mencatat bahwa bencana itu menewaskan 1.150 orang dan melukai lebih banyak lagi, menurut angka terbaru yang dimuat di media pemerintah.
Padahal negara berpenduduk 38 juta orang itu sudah berada di tengah-tengah krisis ekonomi yang melonjak yang telah menjerumuskan jutaan orang ke dalam kemiskinan. Terutama ada lebih dari satu juta anak berisiko kekurangan gizi parah.
Gempa berkekuatan 6 SR itu telah menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Media pemerintah melaporkan bahwa hampir 3.000 rumah hancur atau rusak parah akibat gempa.
Organisasi bantuan seperti Bulan Sabit Merah lokal dan Program Pangan Dunia telah turun tangan untuk membantu keluarga yang paling rentan dengan makanan dan kebutuhan darurat lainnya, seperti tenda dan alas tidur di provinsi Paktika yang menjadi pusat gempa. Kemudian ada juga provinsi tetangga Khost.
Namun, masyarakat tampaknya sebagian besar menghadapinya sendirian karena pemerintah baru mereka yang dipimpin Taliban. Sementara komunitas bantuan internasional berjuang untuk membawa bantuan. Penduduk desa telah mengubur mayat mereka dan menggali puing-puing dengan tangan untuk mencari korban selamat.
Direktur Taliban dari Kantor Berita Bakhtar yang dikelola pemerintah mengatakan pada Jumat (24/6/2022) jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 1.150 orang dari laporan sebelumnya 1.000 tewas. Abdul Wahid Rayan mengatakan sedikitnya 1.600 orang terluka.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan telah menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 770 orang.
Tidak jelas bagaimana jumlah korban tewas dapat dicapai, mengingat sulitnya mengakses dan berkomunikasi dengan desa-desa yang terkena dampak. Entah jumlah korban yang mengerikan akan membuat gempa Afghanistan menjadi yang paling mematikan dalam dua dekade.
Dilansir dari The New Arab, Jumat (24/6/2022), di Kabupaten Gayan, sedikitnya 1.000 rumah rusak akibat gempa. 800 rumah lainnya di distrik Spera di provinsi Khost juga rusak. Sementara bangunan modern menahan gempa berkekuatan 6 SR di tempat lain, rumah bata lumpur Afghanistan dan pegunungan rawan longsor membuat gempa seperti itu lebih berbahaya.