REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan pada Sabtu (25/6), pembicaraan tidak langsung Iran dengan Amerika Serikat (AS) mengenai menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 akan segera dilanjutkan. Kelanjutan ini berasal dari desakan oleh diplomat tinggi Uni Eropa (UE) untuk memecahkan kebuntuan selama berbulan-bulan.
"Kami siap untuk melanjutkan pembicaraan dalam beberapa hari mendatang. Yang penting bagi Iran adalah untuk sepenuhnya menerima manfaat ekonomi dari kesepakatan 2015," kata Amirabdollahian.
Amirabdollahian mengatakan, telah mengadakan pertemuan panjang tapi positif dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell. Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani mengatakan kepada Borrell bahwa Iran akan lebih mengembangkan program nuklirnya sampai Barat mengubah perilaku ilegalnya.
"Tindakan pembalasan Iran di sektor nuklir hanyalah respons legal dan rasional terhadap unilateralisme AS dan kelambanan Eropa dan akan berlanjut selama praktik ilegal Barat tidak diubah," kata sosok yang membuat keputusan dalam pembicaraan nuklir.
Meskipun pembicaraan akan segera dimulai kembali, Borrell tampaknya mengecilkan kemungkinan kesepakatan akan cepat terjadi. "Saya tidak bisa memprediksi... Kami mendorongnya. Saya menghargai niat baik dari pihak Iran. Ada juga niat baik dari pihak Amerika," kata Borrell dalam konferensi pers di Teheran.
"Pembicaraan antara Iran, AS, dan UE tidak akan berlangsung di Wina karena tidak akan dalam format 4+1... mereka mungkin akan berlangsung di suatu tempat yang lebih dekat ke Teluk Persia dan lebih khusus lagi di negara Teluk Persia," ujar media Iran mengutip pernyataan Borrell.
Pernyataan Borrell ini menunjukan UE menyetujui dimulainya kembali negosiasi antara Iran dan AS dalam beberapa hari mendatang. Pembicaraan tetap akan difasilitasi oleh UE dalam menyelesaikan masalah terakhir yang belum terselesaikan.
"Kami diharapkan untuk melanjutkan pembicaraan dalam beberapa hari mendatang dan memecahkan kebuntuan," ujar Borrell.
"Sudah tiga bulan dan kami perlu mempercepat pekerjaan. Saya sangat senang dengan keputusan yang telah dibuat di Teheran dan Washington," ujarnya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, tidak dapat berbicara tentang status negosiasi. "Namun tidak ada yang berubah tentang posisi kami bahwa kesepakatan nuklir adalah cara terbaik untuk mencegah Iran mencapai status senjata nuklir. Kami ingin membuat mereka kembali patuh," kata Kirby.
Pakta yang dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) ini hampir dihidupkan kembali pada Maret. Ketika itu UE yang mengoordinasikan negosiasi mengundang para menteri luar negeri yang mewakili pihak-pihak kesepakatan ke Wina untuk menyelesaikan kesepakatan setelah 11 bulan pembicaraan tidak langsung antara Iran dan pemerintahan Presiden Joe Biden.
Namun pembicaraan itu telah macet, terutama karena desakan Teheran agar Washington menghapus pasukan keamanan elit Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dari daftar Organisasi Teroris Asing.