Ahad 26 Jun 2022 22:35 WIB

Iran Sebut akan Terus Kembangkan Nuklir Sampai Barat Ubah Perilaku

Iran akan mengembangkan program nuklirnya sampai Barat mengubah perilaku ilegal

Rep: Alkhaledi kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Gambar satelit dari Planet Labs PBC ini menunjukkan situs nuklir Natanz Iran, serta konstruksi yang sedang berlangsung untuk memperluas fasilitas di gunung terdekat, dekat Natanz, Iran, 9 Mei 2022.
Foto: Planet Labs PBC via AP
Gambar satelit dari Planet Labs PBC ini menunjukkan situs nuklir Natanz Iran, serta konstruksi yang sedang berlangsung untuk memperluas fasilitas di gunung terdekat, dekat Natanz, Iran, 9 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemerintah Iran menyebut akan lebih mengembangkan program nuklirnya sampai Barat mengubah “perilaku ilegalnya." Pernyataan ini dikatakan pejabat tinggi keamanan Iran Ali Shamkhani dalam pertemuan dengan diplomat tinggi Uni Eropa.

“Tindakan pembalasan Iran di sektor nuklir hanyalah tanggapan legal dan rasional terhadap unilateralisme AS dan kelambanan Eropa dan akan berlanjut selama praktik ilegal Barat tidak diubah,” kata Shamkhani dilansir dari Al Arabiya, Sabtu (25/6/2022).

Sementara Shamkhani tidak merinci praktik apa yang dia maksud. Pembicaraan tidak langsung Iran dengan Amerika Serikat tentang menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 akan segera dilanjutkan, menteri luar negeri Iran mengatakan di tengah dorongan oleh diplomat tinggi Uni Eropa untuk memecahkan kebuntuan selama berbulan-bulan dalam negosiasi.

“Kami siap untuk melanjutkan pembicaraan dalam beberapa hari mendatang.  Yang penting bagi Iran adalah untuk sepenuhnya menerima manfaat ekonomi dari kesepakatan 2015," kata Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian, menambahkan bahwa ia telah mengadakan "pertemuan panjang tapi positif" dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.

Pakta itu tampaknya hampir dihidupkan kembali pada bulan Maret ketika UE - yang mengoordinasikan negosiasi - mengundang para menteri luar negeri yang mewakili pihak-pihak dalam perjanjian ke Wina untuk menyelesaikan kesepakatan setelah 11 bulan pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan pemerintahan Presiden Joe Biden.

Tetapi pembicaraan itu telah macet, terutama karena desakan Teheran bahwa Washington menghapus Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dari daftar Organisasi Teroris Asing AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement