REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Prussian Cultural Heritage Foundation mengatakan Jerman akan mengembalikan patung dewi yang dicuri dari Kamerun 120 tahun yang lalu. Langkah ini bagian dari tren pemulangan artefak yang diambil selama masa kolonial.
Patung berbentuk perempuan dikenal Ngonnso akan dipulangkan ke Kerajaan Nso di barat laut Kamerun. Patung itu dicuri perwira kolonial Kurt von Pavel dan didonasikan ke Museum Etnologi Berlin pada 1903.
Inisiatif sipil "Bring Back Ngonnso" untuk memulangkan patung itu sudah digelar bertahun-tahun. Masyarakat Nso mengatakan mereka mengalami banyak musibah sejak patung itu dicuri.
"Ngonnso memiliki peran utama bagi Nso, ia dianggap dewa ibu," kata Prussian Cultural Heritage Foundation itu dalam pernyataannya, Selasa (28/6/2022).
Yayasan itu menambahkan artefak tersebut tidak diambil sebagai jarahan perang di Kumbo, Ibukota Kerajaan Nso. Namun diambil Pavel yang ditemani pasukan bersenjata di Kamerun untuk mengintimidasi masyarakat Nso.
Prussian Cultural Heritage Foundation juga mengumumkan akan memulangkan 23 benda artefak ke Namibia. Serta berencana membuat kesepakatan untuk memulangkan sejumlah benda ke Tanzania.
Jerman yang kehilangan wilayah jajahan selama Perang Dunia Pertama merupakan kekuatan kolonial ketiga setelah Inggris dan Prancis. Tapi banyak yang melupakan sejarah kolonial Jerman karena politisi dan sejarawan fokus pada warisan kejahatan Nazi termasuk Holocaust.
Tahun lalu Jerman mengumumkan niatnya memulangkan artefak Perak Benin ke Nigeria dan meminta maaf atas perannya dalam pembantaian suku Herero dan Nama di Namibia. Tapi museum Jerman masih memiliki banyak artefak terkenal.
Seperti pintu gerbang Babylon dari Irak yang dipajang di Museum Pergamon di Berlin. Presiden Prussian Cultural Heritage Foundation Hermann Parzinger mengatakan objek-objek yang diambil secara tidak adil seperti penjarahan harus dipulangkan.
"Terutama objek yang memiliki signifikansi spiritual bagi masyarakat pemiliknya juga harus dipulangkan," kata Parzinger.
Pangeran Kerajaan Nso Mbinglo Gilles Yumo Nyuydzewira mengatakan kabar ini disambut baik di Kamerun. "Setelah 120 tahun elbih, kami hanya dapat bahagia untuk momen ini untuk memperingati dan semakin dekat dengan leluhur kami dengan cinta dan kebersamaan," katanya.
"Pesan yang ada adalah bersatu kembali dengan kebijaksanaan dan spiritualitas leluhur dengan ibu dan pendiri dinasti yang hebat ini," tambah Yumo Nyuydzewira.