REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada Selasa (28/6/2022), Konferensi Tingkat Tinggi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Madrid bertujuan untuk menunjukkan persatuan. Sekutu Barat bersama mempertahankan nilai-nilai demokrasi dalam menghadapi invasi Rusia ke Ukraina.
Sanchez menegaskan, aliansi tidak akan mentolerir agresi teritorial terhadap anggotanya. "Kami harus mengirimkan pesan pencegahan, bahwa kami siap untuk mempertahankan setiap sentimeter wilayah sekutu,” katanya.
Menurut Sanchez, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hanya menginvasi Ukraina. Dia menilai, pemimpin Istana Kremlin itu hanya ingin mengacaukan, melemahkan keamanan, dan mengancam kemakmuran Eropa.
Sanchez menyatakan, tujuan utama KTT NATO adalah untuk mengirim pesan persatuan yang sejalan dengan demokrasi, keamanan, ketertiban internasional. Hanya saja Putin dan Federasi Rusia menghancurkannya berkeping-keping dengan invasi ke Ukraina.
Isu utama akan membahas peningkatan kehadiran militer NATO di sayap timurnya. Kemudian memenuhi permintaan Spanyol untuk tidak mengabaikan ancaman yang berkembang di pinggiran selatan aliansi, terutama dari daerah Afrika yang tidak stabil seperti Sahel.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan sebelumnya, bahwa aliansi tersebut akan meningkatkan ukuran pasukan reaksi cepatnya menjadi 300.000 tentara. Pasukan saat ini memiliki sekitar 40.000 tentara. Stoltenberg juga menegaskan, sekutu akan membahas cara menanggapi meningkatnya pengaruh Rusia dan Cina di lingkungan selatan NATO.
Rusia dan China ini pun yang akan menjadi fokus utama dalam hal peta jalan strategis baru NATO untuk 10 tahun ke depan. Sanchez mengatakan, "Konsep Strategis" yang terakhir diperbarui di Lisbon pada 2010, akan melihat Rusia berubah dari dianggap sebagai mitra NATO menjadi ancaman utama bagi keamanan aliansi itu.
Mengenai China, Sanchez mengatakan, bahwa negara itu mewakili tantangan yang juga menawarkan peluang untuk kolaborasi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Madrid tidak mendukung pengklasifikasian ketegasan Beijing sebagai ancaman, seperti yang mungkin diinginkan beberapa sekutu.