REPUBLIKA.CO.ID, KABUL—Pejabat tinggi PBB di Afghanistan meminta dukungan internasional yang lebih besar untuk pemulihan pascabencana negara itu.
Pernyataan itu dikatakan setelah kunjungan organisasi antarbangsa itu selama satu hari ke komunitas-komunitas yang dilanda gempa dahsyat.
“Kunjungan kemarin menegaskan kembali kepada saya penderitaan ekstrem orang-orang di Afghanistan dan tekad mereka yang luar biasa dalam menghadapi kesulitan besar,” kata Wakil Wakil Khusus Sekretaris Jenderal dan Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Afghanistan, Dr Ramiz Alakbarov dilansir dari Saudi Gazette, Senin (27/6/2022).
PBB dan mitra telah mengembangkan seruan darurat tiga bulan, termasuk dalam rencana kemanusiaan mereka untuk Afghanistan tahun ini, untuk menanggapi bencana tersebut.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan dan mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan dan ketahanan ke hampir 362 ribu orang di dua provinsi, Paktika dan Khost yang paling terkena dampak.
“Terlepas dari kedermawanan fenomenal yang telah ditunjukkan oleh para donor ke Afghanistan selama sepuluh bulan terakhir yang penuh gejolak ini, saya mendesak masyarakat internasional untuk menggali lebih dalam saat ini, karena penduduk menghadapi keadaan darurat lain, dan berjanji untuk mendukung penyelamatan jiwa dan kehidupan ini," tambahnya.
Pada Sabtu lalu, Dr Alakbarov melakukan perjalanan ke desa Mir Sahib dan Khanadin, yang terletak di Distrik Giyan, provinsi Paktika, salah satu daerah yang paling parah terkena dampak gempa berkekuatan magnitudo 5,9.
Dia didampingi perwakilan dari badan pengungsi PBB, UNHCR, badan migrasi PBB IOM, Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dana Anak-anak PBB (UNICEF), UN Women, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), dan kantor urusan kemanusiaan PBB, OCHA.
Delegasi bertemu dengan warga, banyak dari mereka telah kehilangan anggota keluarga dan teman-teman. Termasuk beberapa anak yatim piatu dan terpisah, dan yang rumahnya sekarang tidak dapat dihuni.
“Selain bantuan makanan dan tempat penampungan dan perbaikan darurat, intervensi seperti pemulihan pipa air yang rusak dan kegiatan pencegahan dan kesiapsiagaan kolera sangat penting, seperti pemulihan jalur komunikasi, akses jalan, dan mata pencaharian dasar,” kata Dr Alakbarov.
“Tanpa dukungan transisi seperti itu, wanita, pria, dan anak-anak akan terus menanggung kesulitan yang tidak perlu dan tak terbayangkan," tambahnya.