REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Rusia dan China mengecam keras pernyataan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam pertemuan di Madrid. Aliansi pertahanan Eropa itu menyebut Rusia "ancaman langsung" dan China "tantangan serius" pada stabilitas global.
NATO menyelesaikan pertemuannya dengan pernyataan tentang masa depan dunia yang suram. Ketika kekuatan-kekuatan besar bersaing dan muncul berbagai ancaman mulai dari serangan siber sampai perubahan iklim.
Pemimpin NATO resmi mengundang Finlandia dan Swedia untuk bergabung setelah menyelesaikan penolakan dari Turki. Bila negara-negara Nordik itu disetujui 30 negara anggota maka perbatasan NATO dengan Rusia hanya 1.300 kilometer.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan ia akan merespon bila negara-negara Nordik mengizinkan pasukan dan infrastruktur militer NATO masuk ke wilayah mereka. Ia mengatakan Rusia akan "menciptakan ancaman yang sama pada wilayah yang menciptakan ancaman pada kami."
Sementara itu China menuduh NATO "memfitnah dan menyerang" mereka. Misi China untuk Uni Eropa mengatakan NATO "mengklaim negara-negara lain yang menimbulkan tantangan, tetapi NATO yang menciptakan masalah di seluruh dunia."
"(Invasi Rusia ke Ukraina membawa) perombakan besar pada pertahanan kolektif kami sejak akhir Perang Dingin," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Kamis (30/6/2022).
Invasi itu mengguncang perdamaian Eropa dan dalam meresponnya NATO mengerahkan senjata dan pasukan ke Eropa Timur dalam skala yang tidak pernah dilihat beberapa puluh tahun. Negara anggota NATO juga memberikan bantuan militer dan sipil senilai miliaran dolar ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang berpidato melalui video meminta bantuan lebih banyak lagi. Ia mendesak NATO untuk mengirimkan sistem artileri canggih dan senjata lainya. Ia memperingatkan para pemimpin Uni Eropa antara memberikan bantuan ke Kiev atau "menghadapi perang tertunda dengan Rusia."
"Pertanyaannya, siapa berikutnya? Moldova? Atau Baltik? Atau Polandia? Jawabannya: Semuanya," kata Zelenskyy di pertemuan Madrid.
Di pertemuan itu pemimpin-pemimpin NATO sepakat untuk meningkatkan skala kekuatan militer di sepanjang garda timur. Di mana negara-negara seperti Romania hingga Baltik khawatir dengan rencana masa depan Rusia.
Uni Eropa mengumumkan mulai tahun depan mereka akan meningkatkan kekuatan reaksi cepat hingga delapan kali lipat dari 40 ribu pasukan menjadi 300 ribu pasukan. Pasukan itu akan berjaga di negara masing-masing tapi didekasikan untuk negara tertentu di timur, di mana NATO berencana menumpuk peralatan dan amunisi.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan akan menambah pasukan AS di Eropa. AS sudah negara dengan kontribusi terbesar di Eropa. AS akan meningkatkan jumlah pasukannya di Polandia, menambah dua kapal destroyer Angkatan Laut AS di Rota, Spanyol dan dua skuadron F-35 di Inggris.
Ekspansi itu akan menambah 100 ribu pasukan di Eropa dalam waktu dekat. Naik dari 80 ribu pasukan dari sebelum perang di Ukraina. Biden mengatakan Putin yakin anggota NATO akan terpecah usai invasi Ukraina tapi respon yang didapat justru sebaliknya.
"Putin ingin Finlandiaisasi Eropa, anda akan mendapat NATO-nisasi Eropa. Dan itu bukan yang ia inginkan, tapi apa yang tepatnya perlu dilakukan untuk menjamin keamanan Eropa," katanya.