REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Mantan tentara Amerika Serikat (AS) yang ditangkap di Ukraina timur mengatakan ia tidak melepaskan satu pun tembakan selama bertempur untuk Ukraina. Ia meminta separatis pro-Rusia yang akan menentukan nasib untuk mengampuninya.
Dalam video wawancara dengan kantor berita Rusia RIA yang dirilis Rabu (29/6/2022) Alexander Drueke mengatakan pengalaman tempurnya di Ukraina terbatas hanya di hari ia ditangkap di luar Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
"Pengalaman tempur saya di sini satu misi dalam satu hari, saya tidak melepaskan tembakan, saya berharap itu akan menjadi faktor apakah saya divonis atau tidak," kata Drueke.
Pria asal Tuscaloosa, Alabama, itu dan rekannya Andy Huynh, dari Hartselle, Alabama, dinyatakan hilang pada bulan ini. Media pemerintah Rusia kemudian merilis wawancara video dengan mereka. Media Rusia melaporkan dua pria itu ditangkap pasukan separatis.
Kremlin mengatakan tidak dapat mengesampingkan kemungkinan dua orang itu divonis mati bila diadili di wilayah yang dikuasai proksi Rusia. Separatis pro-Rusia telah menguasai banyak wilayah di sana sejak 2014.
Keluarga warga AS yang ditangkap mengatakan dua orang itu bukan tentara bayaran. Mereka terbang ke Ukraina pada bulan April lalu sebagai sukarelawan untuk membantu melawan balik pasukan Rusia yang menginvasi Ukraina pada akhir Februari.
Berdasarkan pernyataan keluarga Drueke berbicara dengan ibunya Bunny Drueke melalui sambungan telepon selama 10 menit dari wilayah Donetsk.
"Saya bisa katakan kapan ia mengatakan sesuatu apa yang mereka suruh ia katakan, yang ia ditahan oleh Republik Rakyat Donetsk dan mereka ingin negosiasi," kata Bunny Drueke pada stasiun televisi CNN.
Dua warga Inggris dan seorang warga Maroko divonis mati oleh pengadilan Republik Rakyat Donetsk di Ukraina timur pada bulan ini. Mereka ditangkap dalam pertempuran untuk Ukraina. Jaksa mengatakan orang-orang itu tentara bayaran dn tidak memiliki perlindungan yang diberikan pada tahanan perang berdasarkan Konvensi Jenewa.