REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI telah mempelajari laporan Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) 2022 dengan judul "Seperti di Neraka: Kondisi di Pusat Tahanan Imigrasi di Sabah, Malaysia." Laporan itu memuat bahwa 18 buruh migran meninggal dunia di tahanan imigrasi Sabah, Malaysia.
Para WNI juga dilaporkan ditangkap karena melanggar aturan imigrasi dan diduga ditahan dalam kondisi yang tidak layak. Kesehatan para migran dilaporkan oleh KBMB tidak bisa melakukan pengobatan lantaran tak ada akses ke kesehatan.
Kemenlu RI menghargai KBMB dalam upaya ikut melindungi WNI di luar negeri. Pemerintah dalam hal ini segera memproses laporan ini.
"Pemerintah memberikan perhatian yang sangat serius laporan tersebut dengan segera menindaklanjutinya kepada otoritas dan pihak-pihak terkait," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah dalam press briefing secara virtual, Kamis (30/6/2022).
Faizasyah mengatakan, perwakilan RI di Malaysia telah melakukan tinjauan ke Sabah tempat imigrasi tersebut. Salah satu perkembangannya hingga kini bahwa perwakilan RI sudah melakukan pertemuan dengan otoritas Sabah dan sudah mendapatkan konfirmasi.
"Ada data klarifikasi, WNI yang meninggal dari 2021 - 2022 adalah 15 orang. Namun di luar itu menjadi perhatian pemerintah, harapan lebih baik penanganan WNI kita berbagai permasalahan memulangkannya," ujar Faizasyah.
Pihak Kemenlu RI juga telah menghubungi KBMB untuk memperoleh data rinci WNI/PMI yang dinyatakan meninggal di rumah tahanan imigrasi di Sabah serta data para deportan yang mengalami penganiayaan selama berada di Depot Tahanan Imigresen (DTI) di Sabah. Dari pertemuan yang dilakukan pejabat dengan pihak imigrasi pemerintah menggarisbawahi untuk memperhatikan kesehatan dan keselamatan WNI.
"Sementara itu, Dubes RI di Kuala Lumpur langsung ke wilayah Sabah untuk melakukan pendalaman dan membahas laporan dari KBRI dengan pihak-pihak terkait di malaysia. Setelah pertemuan ini mudah-mudahan akan mendapatkan keterangan yang lebih komprehensif," tandas Faizasyah.