Jumat 01 Jul 2022 00:31 WIB

WHO: Kasus Covid-19 Naik 18 Persen di 110 Negara

Jumlah kasus baru virus Corona naik 18 persen dalam sepekan terakhir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Covid-19 (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, jumlah kasus baru virus Corona naik 18 persen dalam sepekan terakhir di sejumlah negara di dunia. WHO menerima laporan  lebih dari 4,1 juta kasus Covid-19 secara global.

Dalam laporan mingguan terbaru, badan kesehatan Amerika Serikat (AS) mengataka, jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia tetap relatif sama dengan pekan sebelumnya, yaitu sekitar 8.500 jiwa. Kematian terkait Covid-19 meningkat di tiga wilayah yaitu Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika.

Kenaikan kasus Covid-19 mingguan terbesar terlihat di Timur Tengah, yaitu meningkat sebesar 47 persen. Sementara kasus Covid-19 di Eropa dan Asia Tenggara masing-masing meningkat sekitar 32 persen, serta AS naik 14 persen.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kasus Covid-19 meningkat di 110 negara. Sebagian besar peningkatan kasus didorong oleh varian omicron BA.4 dan BA.5.

“Pandemi ini berubah, tetapi belum berakhir,” kata Tedros, dilansir Alarabiya, Kamis (30/6).

Tedros mengatakan  kemampuan untuk melacak evolusi genetik Covid-19 berada di bawah ancaman, ketika negara-negara melonggarkan upaya pengawasan dan pengurutan genetik. Tedros memperingatkan bahwa, kelalaian tersebut akan membuat lebih sulit untuk menangkap varian baru yang berpotensi berbahaya.

Tedros menyerukan kepada seluruh negara untuk meningkatkan vaksinasi Covid-19, terutama bagi populasi yang paling rentan, termasuk petugas kesehatan dan orang-orang di atas 60 tahun. Tedros mengatakan, rendahnya tingkat vaksinasi Covid-19 berisiko menimbulkan penyakit parah dan kematian.

Tedros mengatakan bahwa sementara lebih dari 1,2 miliar vaksin Covid-19 telah diberikan secara global. Sementara tingkat imunisasi rata-rata di negara-negara miskin adalah sekitar 13 persen.

“Jika negara-negara kaya memvaksinasi anak-anak sejak usia 6 bulan dan berencana untuk melakukan putaran vaksinasi lebih lanjut, maka ini tidak seimbang dengan negara-negara berpenghasilan rendah yang belum meningkatkan vaksinasi bagi mereka yang paling berisiko,” kata Tedros.

Menurut angka yang dikumpulkan oleh Oxfam dan Aliansi Vaksin Rakyat, kurang dari setengah dari 2,1 miliar vaksin yang dijanjikan kepada negara-negara miskin oleh negara anggota Kelompok Tujuh (G7) telah dikirim. Awal bulan ini, Amerika Serikat mengizinka  vaksin Covid-19 untuk bayi dan anak-anak prasekolah. Amerika Serikat meluncurkan rencana imunisasi nasional yang menargetkan 18 juta anak balita.  Regulator Amerika juga merekomendasikan agar beberapa orang dewasa mendapatkan booster tambahan pada musim gugur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement