REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Kamis (30/6/2022), memorandum dengan Finlandia dan Swedia adalah kemenangan diplomatik bagi negara itu. Ankara melihat perjanjian itu sebagai pemahaman tentang kepekaannya dan awal dari sebuah proses.
Erdogan mengatakan, Ankara akan memantau dengan cermat implementasi poin-poin yang disepakati dalam memorandum itu dan mengambil langkah-langkah yang sesuai. Ditandatangani setelah pembicaraan antara para pemimpin ketiga negara dan NATO pada Selasa (28/6/2022), perjanjian tersebut membuka jalan bagi aliansi untuk secara resmi mengundang Finlandia dan Swedia untuk bergabung.
Kedua negara telah berjanji untuk mengatasi masalah terorisme dan mencabut embargo senjata di Ankara. Perjanjian ini juga menyatakan, Finlandia dan Swedia akan bekerja sama dengan Turki pada isu-isu yang berkaitan dengan pertukaran informasi, ekstradisi dan, secara umum, perang melawan terorisme.
"Swedia telah berjanji untuk mengekstradisi 73 teroris ke Turki," kata Erdogan dikutip dari Anadolu Agency.
Mengenai upaya anti-teror NATO, Erdogan mengatakan, penting bagi aliansi untuk menunjukkan tekadnya memerangi terorisme dalam segala bentuknya. "Namun, tidak boleh hanya tinggal di atas kertas," katanya.
Mengenai perang Ukraina, presiden Turki mengatakan, NATO mendukung penuh Kiev. Hanya saja, dukungan ini harus menunjukkan visi perdamaian dan berusaha untuk menghentikan tragedi kemanusiaan sesegera mungkin.