Selasa 05 Jul 2022 20:03 WIB

Musik Melawan Pembatasan Beragama di Kashmir India

Musik menjadi penyambung di tengah pembatasan berbicara di Kashmir.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sarfaraz Javid, seorang musisi dan penyanyi Kashmir berlatih menyanyi bersama dengan sesama anggota bandnya selama sesi jamming di pinggiran Srinagar, Kashmir India, 17 Juni 2022.
Foto:

Nabi menyatakan optimisme bahwa tekanan itu bersifat sementara. "Untuk berapa lama Anda bisa menahan cengkeraman? Penindas dapat menindas sampai sekitar waktu tertentu.”

Sedangkan Arif Farooq artis hip-hop yang menggunakan nama panggung Qafilah menyatakan, simbolisme agama adalah perangkat kreatif untuk mencerminkan rasa sakit Kashmir dan menghindari pengawasan negara."Anda ingin mencuri, tetapi Anda tidak ingin ditangkap," katanya.

Kashmir memiliki tradisi puisi lisan yang berusia berabad-abad yang sangat dipengaruhi oleh Islam. Syair-syair mistis dan rhapsodik yang sering digunakan saat berdoa di masjid dan tempat suci.

Setelah pemberontakan melawan kekuasaan India pecah pada 1989, rendisi puitis tentang pembebasan dicurahkan dari pengeras suara masjid. Sedangkan elegi yang terinspirasi oleh peristiwa sejarah Islam dinyanyikan pada pemakaman pemberontak yang gugur.

photo
Musisi Kashmir Sarfaraz Javid, kiri dan Mohsin Hassan Bhat berjalan di pantai sebuah pulau saat mereka tiba untuk sesi jamming di sebuah pulau di pinggiran Srinagar, Kashmir India, 17 Juni 2022. - (AP Photo/Dar Yasin)

Usai dua dekade pertempuran meninggalkan Kashmir dan rakyatnya terluka, demonstrasi massa tak bersenjata mengguncang wilayah itu pada 2008-2010. Sekitar waktu itu Kashmir juga menyaksikan munculnya musik protes dalam bahasa Inggris hip-hop dan rap, lagu baru perlawanan.

Penyanyi-penulis lagu Roushan Illahi atau dikenal dengan MC Kash adalah pionir genre tersebut. Dia membuat musik yang marah dengan membuat seruan bagi kaum muda untuk menggunakan sajak dan ketukan yang tajam dalam menantang kedaulatan India atas wilayah.

Tapi, lagu-lagu Kash hampir mendekati hasutan, karena mempertanyakan klaim India atas wilayah yang bergolak itu ilegal. India telah secara tegas membatasi kebebasan berekspresi mengenai masalah di Kashmir, termasuk beberapa pembatasan terhadap media, perbedaan pendapat, dan praktik keagamaan.

Sering diinterogasi oleh polisi mendorong Kash ke titik hampir berhenti membuat musik. Beberapa rekan terus merekam dan melakukan kegiatan bermusik tetapi mulai memasukkan bahasa kode atau menjauh dari politik sama sekali. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement