Jumat 08 Jul 2022 00:44 WIB

PBB: 2,3 Miliar Orang Kelaparan pada 2021

Konflik di Ukraina berdampak pada ketersediaan pangan global dan ketahanan pangan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Seorang bayi dengan gizi buruk menerima perawatan di pusat stabilisasi yang didukung UNICEF di Rumah Sakit Gode di Zona Shabelle, wilayah Somalia, Ethiopia, Selasa, 12 April 2022. Kepala Program Pangan Dunia PBB David Beasley mengatakan, lonjakan harga makanan, bahan bakar, dan pupuk yang dipicu oleh perang di Ukraina mengancam akan mendorong negara-negara di seluruh dunia ke dalam kelaparan.
Foto:

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah mencoba untuk menyusun sebuah paket yang akan memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor gandum dan komoditas lainnya. Sedangkan Rusia juga dapat mengirimkan biji-bijian dan pupuk ke pasar dunia. Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pada Rabu (6/7/2022), diskusi dalam pembahasan itu terus berlanjut.

Laporan terbaru ini menekankan, gangguan pada rantai pasokan dari perang di Ukraina yang menaikkan harga pangan bukan satu-satunya masalah. Peristiwa iklim yang lebih sering dan ekstrem juga menyebabkan masalah pasokan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah.

Kelaparan terus meningkat tahun lalu di Afrika, Asia, dan Amerika Latin dan Karibia. "Pada tahun 2021, kelaparan mempengaruhi 278 juta orang di Afrika, 425 juta di Asia dan 56,5 juta di Amerika Latin dan Karibia,” kata laporan itu.

Tujuan pembangunan PBB menyerukan untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dan tidak mengalami kelaparan pada 2030. Namun, laporan itu mengatakan, proyeksi menunjukkan delapan persen dari populasi dunia atau hampir 670 juta orang akan menghadapi kelaparan pada akhir dekade ini. Jumlah ini sama saja seperti pada 2015 ketika tujuan tersebut diadopsi.

Direktur jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Qu Dongyu menyerukan negara-negara untuk memperluas produksi pangan. Dia meminta memperkuat rantai pasokan untuk mendukung petani kecil dan menyediakan uang tunai serta barang-barang penting lainnya untuk produksi gandum dan sayuran, hingga bentuk perlindungan terhadap ternak.

 

"Kita menghadapi risiko serius menghadapi krisis akses pangan sekarang, dan mungkin krisis ketersediaan pangan untuk musim depan. Kita harus mencegah percepatan tren kerawanan pangan akut dalam beberapa bulan dan tahun mendatang," kata Dongyu. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement