Jumat 08 Jul 2022 01:39 WIB

Kontra Intelijen AS: China Tingkatkan Operasi Pengaruh

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memandang China sebagai pesaing strategis.

Bendera China. Badan kontra intelijen AS pada Rabu (6/7/2022) memperingatkan pejabat negara bagian dan lokal bahwa China mengintensifkan operasi pengaruh yang bertujuan memanipulasi mereka agar menekan pemerintah federal untuk mengupayakan kebijakan yang lebih ramah kepada Beijing.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Bendera China. Badan kontra intelijen AS pada Rabu (6/7/2022) memperingatkan pejabat negara bagian dan lokal bahwa China mengintensifkan operasi pengaruh yang bertujuan memanipulasi mereka agar menekan pemerintah federal untuk mengupayakan kebijakan yang lebih ramah kepada Beijing.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan kontra intelijen AS pada Rabu (6/7/2022) memperingatkan pejabat negara bagian dan lokal bahwa China mengintensifkan operasi pengaruh yang bertujuan memanipulasi mereka agar menekan pemerintah federal untuk mengupayakan kebijakan yang lebih ramah kepada Beijing. Peringatan itu muncul di tengah ketegangan antara Washington dan Beijing atas sejumlah masalah yang mencakup penjualan senjata AS ke Taiwan dan catatan hak asasi manusia China hingga aktivitas militer Beijing di Laut China Selatan dan dugaan operasi spionase terhadap Amerika Serikat.

China "memahami bahwa para pemimpin negara bagian dan lokal AS memiliki kemerdekaan dari Washington dan mungkin berusaha menggunakannya sebagai sarana untuk mengadvokasi kebijakan nasional AS yang diinginkan Beijing," kata Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional dalam buletin yang dikirim ke pejabat negara bagian dan lokal.

Baca Juga

Seorang juru bicara kementerian luar negeri China pada Kamis menolak tuduhan itu dan mengatakan kerja sama antara kedua belah pihak benar-benar "memiliki legitimasi"."Kami orang China memiliki pepatah: Dia yang kehilangan kapak mencurigai tetangganya karena mencurinya," kata juru bicara Zhao Lijian pada konferensi pers di Beijing."Ini menggambarkan mentalitas AS, yang dipenuhi dengan mentalitas Perang Dingin dan bias ideologis."

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memandang China sebagai pesaing strategis. Tetapi AS mengatakan bahwa pihaknya bertekad untuk menghindari konflik dan mengupayakan kepatuhan Beijing terhadap aturan dan institusi internasional tentang perdamaian dan keamanan.

Buletin kontra-intelijen yang baru itu mengatakan bahwa Beijing menggunakan berbagai cara untuk memanipulasi pejabat negara bagian dan lokal untuk menekan Washington agar membuat kebijakan yang lebih bersahabat dengan China. "Operasi pengaruh RRC (Republik Rakyat China) dapat menipu dan memaksa, dengan peluang bisnis yang tampaknya tidak berbahaya atau pertukaran orang-ke-orang terkadang menutupi agenda politik RRC," katanya.

Pendekatan China termasuk menggunakan kelompok perusahaan konsultan seperti Asosiasi Rakyat China untuk Persahabatan dengan Negara Asing, yang memupuk hubungan "saudara" antara Beijing dan wilayah AS, kata buletin itu.

Kelompok lain, Asosiasi Nasional untuk Reunifikasi Damai China, mempromosikan persahabatan China-AS, tetapi mendukung pandangan Beijing tentang Taiwan dalam surat kepada anggota Kongres dan lainnya, lanjutnya.

Pemerintah komunis China mengatakan pihaknya memilih jalan "penyatuan kembali secara damai" dengan Taiwan yang demokratis. Tapi China mempersiapkan "pilihan-pilihan lain" untuk merebut pulau yang dianggap sebagai provinsi China itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement