REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (7/7/2022) menuduh Barat melakukan agresi selama puluhan tahun terhadap Moskow. Dia memperingatkan, Barat boleh saja mencoba mengalahkan Rusia di medan perang, tetapi ini akan membawa tragedi bagi Ukraina.
"Kami telah mendengar berkali-kali bahwa Barat ingin melawan kami. Ini adalah tragedi bagi rakyat Ukraina, tetapi tampaknya semuanya menuju ke arah ini," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi kepada para pemimpin parlemen.
Putin mengatakan, upaya Barat untuk menahan Rusia telah gagal. Putin mengakui bahwa, sanksi Barat yang dijatuhkan kepada Moskow telah menyebabkan kesulitan tetapi tidak dalam skala besar.
"Rusia tidak menolak pembicaraan damai, tetapi semakin jauh konflik berlanjut, semakin sulit untuk mencapai kesepakatan," kata Putin.
Sementara itu pasukan Rusia di Ukraina timur terus menekan pasukan Ukraina yang berusaha mempertahankan garis di sepanjang perbatasan utara wilayah Donetsk, sebagai persiapan untuk mengantisipasi serangan yang lebih luas. Moskow merebut Kota Lysychansk pada Ahad (3/7/2022) dan secara efektif memperkuat kendali mereka atas wilayah Luhansk di Ukraina.
Moskow telah menjelaskan bahwa, pihaknya berencana untuk merebut bagian dari wilayah Donetsk yang belum dikuasai. Sejauh ini, Kiev masih menguasai beberapa kota besar.
Wali Kota Kramatorsk di Donetsk mengatakan, pasukan Rusia telah menembakkan rudal ke pusat kota dalam serangan udara pada Kamis. Setidaknya satu orang tewas dan enam terluka dalam serangan tersebut. Gubernur Donetsk, Pavlo Kyrylenko, mengatakan rudal itu telah merusak enam bangunan termasuk sebuah hotel dan sebuah blok apartemen di pusat industri besar tersebut. Namun Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi pernyataan tersebut.
Di Kramatorsk, seorang mekanik yang berubah haluan menjadi tentara, Artchk membantu menopang pertahanan terhadap serangan Rusia yang akan segera terjadi. Sementara, seorang petani, Vasyl Avramenko menyesali hilangnya tanaman yang digantikan oleh ranjau.
"Tentu saja kami sudah siap. Kami siap," kata Artchk, yang menyebut namanya sebagai no-de-guerre, kepada Reuters.
"Ini fantasi mereka (Rusia) untuk menduduki kota-kota ini, tetapi mereka tidak mengharapkan tingkat perlawanan. Bukan hanya pemerintah Ukraina, tetapi orang-orang yang menolak untuk menerimanya." ujar Artchk.
Kiev kehilangan salah satu pendukung internasional utamanya setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengundurkan diri. Ukraina mengharapkan dukungan Inggris dapat dilanjutkan dan berterima kasih kepada Johnson karena membela kepentingan Ukraina. Smentara Moskow menyatakan kegembiraan atas kematian politik seorang pemimpin yang telah lama dikritik karena mempersenjatai Kiev.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menggambarkan Johnson sebagai "teman sejati Ukraina". Karena Johnson menjadi salah satu pemimpin dunia pertama yang secara tegas mengutuk invasi dan membantu Ukraina mempertahankan diri.