REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL–Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) memperingatkan bahwa anak-anak hingga remaja di Kota Mosul, Irak masih kesulitan mendapat pendidikan. Kondisi ini terus berlangsung meski kelompok teror ISIS telah dipukul mundur dari wilayah tersebut.
Penasihat Kebijakan dan Advokasi NRC di Irak, Caroline Zullo menyebut, Mosul direbut kembali oleh pasukan pemerintah dari kelompok militan ISIS pada 10 Juli 2017. Tetapi lima tahun setelahnya, kota itu masih tidak memiliki banyak layanan dasar.
"Bahkan lima tahun setelah operasi militer untuk merebut kembali Mosul, kaum muda masih berjuang untuk mengakses pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas di seluruh kota," kata Zullo dilansir dari The New Arab, Jumat (8/7/2022).
"Generasi muda Mosul memberi tahu kami bahwa mereka tidak merasa suara mereka didengar ketika mereka mencoba membangun kembali kota mereka. Mereka membutuhkan keterampilan dan pengetahuan, serta kesempatan kerja, untuk menghidupi diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan komunitas mereka," tambahnya.
Menurutnya, kota itu sangat membutuhkan rekrutmen dan pelatihan guru untuk menangani kebutuhan akademik dan psikososial anak-anak. Termasuk juga terkait penciptaan lapangan kerja.
NRC sebelumnya mengatakan bahwa satu dari tiga sekolah di Mosul membutuhkan perbaikan atau tidak layak pakai. Disebut juga, satu dari dua siswa di Mosul terdaftar di sekolah dengan struktur yang rusak sementara jalan umum dan jalan raya dan rumah sakit.
Zullo menuturkan, membangun kembali Mosul akan membutuhkan upaya bersama dari badan-badan lokal, nasional, dan internasional untuk membangun kembali kota kedua Irak.
“Memulihkan kota yang telah mengalami kehancuran besar-besaran bukanlah tugas yang mudah, perlu upaya pemerintah nasional dan komunitas internasional, yang berbagi tanggung jawab untuk mengembalikan aspek-aspek dasar kehidupan kota,” katanya.
“Sektor pendidikan hanya menerima enam persen dari anggaran nasional, yang merupakan yang terendah di kawasan. Baik pemerintah dan masyarakat internasional harus memberdayakan dan berinvestasi pada kaum muda untuk pendidikan dan masa depan mereka," tambahnya.
Sekitar 100 ribu orang dari Mosul masih mengungsi dan 77.950 siswa di 185 sekolah membutuhkan rehabilitasi atau perbaikan setelah rusak akibat perang.