REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi menilai di tengah situasi dunia saat ini, banyak negara di kawasan, termasuk negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berada di bawah tekanan untuk memihak. Hal ini menurutnya disebabkan oleh kurangnya prinsip kemandirian sebuah negara.
"Kita harus selalu menjunjung tinggi prinsip kemandirian. Di zaman modern, negara-negara kawasan termasuk China dan anggota ASEAN telah menderita akibat penjajahan dan agresi. Kami mencapai kemerdekaan dan pembebasan nasional setelah perjuangan yang gigih," kata Wang Yi dalam pidato di Sekretariat ASEAN yang juga disiarkan langsung di Channel YouTube Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Senin (11/7/2022).
"Kami menghargai kemerdekaan yang diperoleh dengan susah payah seperti hidup kami," imbuhnya.
Oleh karenanya, China mengharapkan ASEAN dan China dapat secara mandiri memilih sistem politik dan jalur pembangunan yang mandiri. Selain itu, ia juga menekankan ASEAN mengejar secara mandiri kebijakan luar negeri dan pertahanan, dan secara independen memutuskan jalur dan langkah untuk berpartisipasi dalam globalisasi ekonomi. Beijing juga akan memajukan integrasi regional negara-negara ASEAN yang telah memprakarsai dan memimpin mekanisme kerja sama regional Asia.
"Independensi dan sentralitas mereka telah dihormati secara luas oleh negara-negara di dalam dan di luar kawasan," kata Wang Yi.
Menurutnya, saat ini banyak negara di kawasan, termasuk negara-negara ASEAN, berada di bawah tekanan untuk memihak. Selain itu pun lingkungan strategis di kawasan berisiko dibentuk kembali oleh faktor politik.
"Kita perlu terus menjunjung tinggi kemerdekaan, saling menghormati kedaulatan dan kepentingan inti masing-masing, serta menghormati integritas, kemandirian, dan peran utama ASEAN sebagai sebuah organisasi," tuturnya.
Wang Yi menegaskan untuk melindungi kawasan ini dari perhitungan geopolitik dan jebakan hukum rimba. Dia menganalogikan kawasan yang dipakai sebagai bidak catur dalam persaingan kekuatan besar, dan dari paksaan oleh hegemoni dan intimidasi.
"Masa depan kita, dan masa depan wilayah kita, harus berada di tangan kita sendiri," jelasnya.