Selasa 12 Jul 2022 07:54 WIB

Biden akan Bujuk Negara OPEC Tingkatkan Produksi Minyak

Biden akan meminta negara-negara OPEC utuk menambah produksi minyak

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan meminta negara-negara OPEC untuk menambah produksi minyak saat ia bertemu para pemimpin negara Teluk di Arab Saudi pekan ini.
Foto: AP/Lukas Barth/Reuters pool
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan meminta negara-negara OPEC untuk menambah produksi minyak saat ia bertemu para pemimpin negara Teluk di Arab Saudi pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan meminta negara-negara OPEC untuk menambah produksi minyak saat ia bertemu para pemimpin negara Teluk di Arab Saudi pekan ini. Tujuannya untuk menurunkan harga bensin.

Biden akan terbang pada Selasa (12/7/2022) malam waktu setempat untuk melakukan kunjungan pertamanya ke Timur Tengah sebagai presiden. Ia akan singgah ke Tepi Barat, Israel dan ke Arab Saudi.

Baca Juga

Kunjungan ini dilakukan ketika pemerintah Biden kesulitan menurunkan harga bensin yang berkontribusi turunnya angka dukungan padanya.

Sullivan mengatakan Organisasi Eksportir Minyak (OPEC) memiliki kapasitas untuk "mengambil langkah" meningkatkan produksi minyak. Walaupun Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengatakan mereka hanya dapat meningkat sedikit produksi minyak.

"Kami akan menyampaikan pandangan umum kami, kami yakin terdapat kebutuhan untuk mencukupi pasokan di pasar global untuk melindungi perekonomian global dan melindungi konsumen Amerika di pom bensin," kata Sullivan.

Pakar mengatakan Gedung Putih mengerti Arab Saudi tidak mungkin bergerak secara sepihak. Selain itu kapasitas cadangan Riyadh dan negara-negara Teluk lainnya juga sedikit.

"Saya pikir peningkatan produksi Arab Saudi tidak akan terjadi, saya memprediksi terdapat pernyataan tidak menyinggung dari Arab Saudi tentang membantu menyeimbangkan pasar minyak dunia, memenuhi permintaan global, dan mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas antara negara-negara importir minyak," kata peneliti senior Center for Strategic and International Studies Ben Cahill.

Organisasi hak asasi manusia mengkritik Biden atas kunjungan ini. Komunitas intelijen AS telah menetapkan pemimpin de facto Arab Saudi Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis the Washington Post Jamal Khashoggi di Turki tahun 2018 lalu.

Dalam pernyataan yang dipublikasikan the Washington Post, Sabtu (9/7) malam, Biden mengatakan ia ingin mengubah arah dan tidak merusak mitra strategis AS selama 80 tahun lebih. Di Gedung Putih, Sullivan mengatakan Biden tidak menyelesal menyebut Arab Saudi sebagai "pariah" atas kematian Khashoggi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement