REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand kekurangan sekitar 500 ribu tenaga kerja asing di sektor manufaktur dan jasa untuk mendukung pemulihan ekonominya. Ini terjadi setelah pemerintah mencabut hampir semua pembatasan perjalanan dan bisnis terkait Covid-19.
Gabungan faktor termasuk perselisihan sipil di Myanmar dan wabah virus di negara-negara tetangga telah menyebabkan orang yang mencari pekerjaan di Thailand lebih sedikit. Sementara itu, permintaan staf meningkat, terutama di sektor yang terkait dengan pariwisata serta industri padat karya seperti konstruksi dan perikanan, di mana orang Thailand menolak pekerjaan karena upah rendah dan kondisi kerja yang sulit.
"Ini adalah masalah serius karena Thailand membutuhkan pekerja asing ini untuk membantu menggerakkan ekonomi," kata wakil ketua Kamar Dagang Thailand, Poj Aramwattananont, seperti dikutip laman Strait Times, Selasa (12/8/2022).
"Kami akan membutuhkan lebih banyak pekerja ke depan karena kami memiliki banyak proyek infrastruktur besar. Kami juga memiliki banyak pekerjaan di sektor jasa yang perlu diisi," lanjutnya.
Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini berada di jalur pemulihan setelah mengalami kontraksi paling tajam dalam lebih dari dua dekade pada 2020. Lebih dari 300 ribu pekerja asing diperkirakan telah meninggalkan Thailand sejak pandemi dimulai. Hanya sekitar 20 ribu orang yang kembali tahun ini di bawah kontrak bilateral antara Thailand dan beberapa rekan di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Menurut Direktur Jenderal Departemen Ketenagakerjaan Piroj Chotikasatien, sekitar 2,5 juta pekerja asing diperkirakan tinggal di Thailand untuk saat ini. Pemerintah baru-baru ini mengubah aturan untuk memungkinkan orang-orang dengan kewarganegaraan Laos, Myanmar, Vietnam, dan Kamboja yang sekarang bekerja secara ilegal di Thailand untuk mendaftar dan mendapatkan jalur ke sistem formal.
Ini juga memperpanjang izin kerja yang berakhir untuk sekitar 1,7 juta orang hingga 2025. Sebanyak 500 orang dari negara tetangga kini melintasi perbatasan setiap hari untuk mencari pekerjaan di Thailand.
Menurut perkiraan Departemen Ketenagakerjaan jumlah itu akan segera meningkat menjadi 2.000 per hari. "Masalahnya bukan berapa banyak yang kita inginkan tetapi berapa banyak yang akan kita dapatkan karena negara lain seperti Jepang dan China juga membutuhkan tenaga kerja asing," kata Poj. "Kami memiliki pesaing," imbuhnya.